Supply Chain Management (SCM)

Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi dan digitalisasi menuntut adanya pengelolaan yang efektif baik di sektor industri maupun jasa. Kedua sektor ini memiliki peran vital dalam menggerakkan roda perekonomian, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Manajemen industri dan jasa hadir sebagai disiplin ilmu yang mempelajari cara mengatur sumber daya, mulai dari manusia, modal, teknologi, hingga metode kerja agar dapat menghasilkan produk maupun layanan yang bernilai tambah bagi konsumen.

Dalam perkembangan dunia bisnis modern, manajemen memiliki peran penting dalam memastikan keberlangsungan dan daya saing organisasi. Setiap organisasi, baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa, membutuhkan strategi manajemen yang tepat agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen industri berfokus pada pengelolaaan aktivitas produksi barang, sedangkan manajemen jasa menitikberatkan pada penciptaan nilai melalui pelayanan kepada konsume. Kedua nya memiliki perbedaan karakteristik, tetapi tujuan akhirnya sama, yaitu menciptakan nilai tambah serta memberikan kepuasan bagi pelanggan. Manajemen industri merupakan bidang manajemen yang mengatur penggunaan sumber daya, baik manusia, mesin, modal, maupun material, dalam suatu sistem produksi untuk menghasilkan barang dengan kualitas dan biaya yang optimal. Menurut Heizer dan Render (2017), manajemen industri berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam mendesain sistem produksi, merencanakan kapasitas, mengatur jadwal kerja, hingga mengendalikan kualitas produk. Dengan demikian, manajemen industri tidak hanya terbatas pada proses produksi, tetapi juga meliputi perencanaan strategis yang mendukung tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional. Selain itu, Indrajit dan Djokopranoto (2006) menyatakan bahwa manajemen industri berperan penting dalam menciptakan daya saing melalui peningkatan produktivitas, penerapan teknologi, serta inovasi berkelanjutan. Oleh karena itu, manajemen industri dapat dikatakan sebagai penggerak utama dalam menciptakan barang yang tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi juga sesuai dengan standar mutu yang berlaku.

Menurut Stevenson (2018), manajemen industri adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan produksi barang atau jasa dalam suatu organisasi. Definisi ini menekankan pada koordinasi berbagai fungsi dalam perusahaan, seperti sumber daya manusia, produksi, rantai pasok, dan inovasi, untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, Stoner, Freeman, dan Gilbert Jr. (1982) memandang manajemen industri sebagai suatu proses yang dinamis dan terstruktur yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (leading), dan pengendalian (controlling). Pandangan ini menyoroti bahwa manajemen industri tidak hanya tentang mengelola operasi, tetapi juga tentang memimpin dan mengawasi jalannya proses agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Dalam perkembangan dunia bisnis modern, manajemen memiliki peran penting dalam memastikan keberlangsungan dan daya saing organisasi. Setiap organisasi, baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa, membutuhkan strategi manajemen yang tepat agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien

Dalam perkembangan dunia bisnis modern, manajemen memiliki peran penting dalam memastikan keberlangsungan dan daya saing organisasi. Setiap organisasi, baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa, membutuhkan strategi manajemen yang tepat agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen industri berfokus pada pengelolaaan aktivitas produksi barang, sedangkan manajemen jasa menitikberatkan pada penciptaan nilai melalui pelayanan kepada konsume. Kedua nya memiliki perbedaan karakteristik, tetapi tujuan akhirnya sama, yaitu menciptakan nilai tambah serta memberikan kepuasan bagi pelanggan. Manajemen industri merupakan bidang manajemen yang mengatur penggunaan sumber daya, baik manusia, mesin, modal, maupun material, dalam suatu sistem produksi untuk menghasilkan barang dengan kualitas dan biaya yang optimal. Menurut Heizer dan Render (2017), manajemen industri berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam mendesain sistem produksi, merencanakan kapasitas, mengatur jadwal kerja, hingga mengendalikan kualitas produk. Dengan demikian, manajemen industri tidak hanya terbatas pada proses produksi, tetapi juga meliputi perencanaan strategis yang mendukung tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional. Selain itu, Indrajit dan Djokopranoto (2006) menyatakan bahwa manajemen industri berperan penting dalam menciptakan daya saing melalui peningkatan produktivitas, penerapan teknologi, serta inovasi berkelanjutan. Oleh karena itu, manajemen industri dapat dikatakan sebagai penggerak utama dalam menciptakan barang yang tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi juga sesuai dengan standar mutu yang berlaku.

Manajemen industri dan jasa merupakan cabang ilmu manajemen yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya pada organisasi yang bergerak di sektor manufaktur maupun layanan. Keberadaan manajemen yang baik akan membantu perusahaan mencapai tujuan secara efektif dan efisien melalui optimalisasi kinerja manusia, teknologi, modal, serta proses operasional.

, manajemen industri adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan produksi barang atau jasa dalam suatu organisasi. Definisi ini menekankan pada koordinasi berbagai fungsi dalam perusahaan, seperti sumber daya manusia, produksi, rantai pasok, dan inovasi, untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, Stoner, Freeman, dan Gilbert Jr. (1982) memandang manajemen industri sebagai suatu proses yang dinamis dan terstruktur yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (leading), dan pengendalian (controlling). Pandangan ini menyoroti bahwa manajemen industri tidak hanya tentang mengelola operasi, tetapi juga tentang memimpin dan mengawasi jalannya proses agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Secara lebih spesifik untuk jasa, para ahli seperti Chandra dan Tjiptono (2016) menjelaskan bahwa manajemen jasa berfokus pada sifat unik dari layanan, seperti heterogenitas (bervariasi), inseparability (tidak dapat dipisahkan dari penyedia), dan perishability (tidak tahan lama). Oleh karena itu, pengelolaan industri jasa sangat menekankan pada keterlibatan sumber daya manusia yang lebih intensif dibandingkan industri manufaktur, karena kualitas layanan seringkali bergantung pada interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa manajemen industri dan jasa adalah disiplin ilmu yang bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya (manusia, material, mesin, metode, dan uang) dalam sebuah organisasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan produk atau layanan dengan efisiensi maksimal, kualitas tinggi, dan kepuasan pelanggan, sehingga perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

, manajemen industri adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan produksi barang atau jasa dalam suatu organisasi. Definisi ini menekankan pada koordinasi berbagai fungsi dalam perusahaan, seperti sumber daya manusia, produksi, rantai pasok, dan inovasi, untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, Stoner, Freeman, dan Gilbert Jr. (1982) memandang manajemen industri sebagai suatu proses yang dinamis dan terstruktur yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (leading), dan pengendalian (controlling). Pandangan ini menyoroti bahwa manajemen industri tidak hanya tentang mengelola operasi, tetapi juga tentang memimpin dan mengawasi jalannya proses agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Secara lebih spesifik untuk jasa, para ahli seperti Chandra dan Tjiptono (2016) menjelaskan bahwa manajemen jasa berfokus pada sifat unik dari layanan, seperti heterogenitas (bervariasi), inseparability (tidak dapat dipisahkan dari penyedia), dan perishability (tidak tahan lama). Oleh karena itu, pengelolaan industri jasa sangat menekankan pada keterlibatan sumber daya manusia yang lebih intensif dibandingkan industri manufaktur, karena kualitas layanan seringkali bergantung pada interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa manajemen industri dan jasa adalah disiplin ilmu yang bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya (manusia, material, mesin, metode, dan uang) dalam sebuah organisasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan produk atau layanan dengan efisiensi maksimal, kualitas tinggi, dan kepuasan pelanggan, sehingga perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

PT. Arteria Daya Mulia merupakan perusahan yang bergerak dibidang manufakturing salah satunya memproduksi produk Jaring dan Benang. Perusahaan telah melihat perkembangan teknologi informasi semakin cepat sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan sistem informasi inventori dengan menggunakan konsep yang difokuskan pada bagian Kelola Gudang Seiring dengan permintaan pasar yang sangat tinggi. Sistem informasi inventori ini dapat memberikan solusi ketika perusahaan mengalami permasalahan tingginya permintaan penggunaan barang dengan ketersediaan stok bahan baku/barang yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan menggunakan sistem informasi inventori, aliran informasi dapat berjalan dengan baik dan terkontrol. Dengan menggunakan metode FIFO (first in first out) pada sistem inventori permintaan dan pengadaan bahan baku/barang dapat diprioritaskan berdasarkan tanggal masuk barang dan stok bahan baku/ barang. Solusi utama yang ditawarkan oleh sistem tersebut adalah adanya antarmuka pengguna dengan fungsi yang saling terkait satu sama lain untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan-permasalahan yang dapat terjadi pada bagian gudang. Setelah melakukan penelitian tugas akhir ini telah menghasilkan sebuah Sistem Informasi Inventori di Perusahaan Manufaktur Jaring PT. Arteria Daya Mulia untuk mempercepat proses pengelolaan permintaan dan pengajuan pengadaan barang dilakukan secara cepat dan akurat, sehingga dalam proses rekaptulasi dapat meminimalisir terjadinya ketidak sesuaian data Permintaan, Penggajuan Pengadaan, dan kelola barang pada gudang logistik, Ragum, spare parts, sehingga perusahaan dapat mengontrol alur proses data permintaan dan pengadaan barang secara cepat dan efisien.

Manajemen Rantai Pasok atau Supply Chain Management adalah sekumpulan jaringan di perusahaan yang mengatur dan mengelola alur bahan baku dari hulu ke hilir sehingga menjadi bahan jadi berkualitas yang akan sampai ke tangan konsumen. Salah satu komponen terpenting dalam SCM yaitu Upstream. Upstream merupakan rantai suplai hulu yang meliputi aktivitas perusahaan manufacturing dengan para supplier dan koneksinya. Pada rantai pasok hulu atau yang disebut dengan upstream supply chain, pengadaan bahan baku merupakan proses yang paling utama. E-SCM adalah suatu konsep manajemen yang mengintegrasikan beberapa jaringan pada perusahaan dan mitra perusaahaan yang mengatur dan mengelola aliran bahan baku dari hulu ke hilir dengan memanfaatkan teknologi internet sebagai penunjang untuk efisiensi dan efektifitas aliran informasi antara perusahaan dengan mitra. Penggunaan Sistem E-SCM bertujuan untuk menghubungkan beberapa Supplier dengan manufacture pada perusahaan, memungkinkan perusahaan untuk ...

Dalam pengendalian persediaan pada perusahaan retail atau distributor sangat diperlukan bagi pemasok terutama dalam CV. Sumber Tani merupakan usaha yang bergerak dalam bidang distributor pupuk, obat pertanian yang dikirim kepada setiap pengecer yang berdiri pada 12 Januari 2004 yang terletak di Jl.Pangeran Sutajaya Cirebon, produk yang unggulan dari CV. Sumber Tani yaitu pupuk dan obat serta masih banyak lagi produk yang lainnya. Penerapan manajemen rantai pasok untuk penyediaan serta pendistribusian barang untuk setiap pengecer akan menjadi wadah dari keberhasilan dalam menjalan asset bisnisnya terutama persediaan pada jenis barang pupuk dan jenis obat pertanian. Dengan diterapkannya sistem informasi inventory management maka dapat tercapainya peningkatan efisiensi dalam proses distribusi. Oleh karena pada penelitian ini  dibutuhkan pembangunan sistem informasi inventory untuk mengatasi masalah pendistribusian kepada pengecer yang ada di wilayah Cirebon khusunya bagian wilayah Kabu...

The successful operation of a café establishment in the contemporary market is a multifaceted endeavor that requires meticulous attention to detail across all business functions. While the art of coffee brewing, menu innovation, and customer service often command the spotlight, the silent but formidable engine driving profitability and sustained success is the strategic management of inventory. This includes, most critically, the process of stock replenishment. From an academic and managerial perspective, this analysis posits that a sophisticated and data-driven approach to stock replenishment is not merely a logistical chore but a fundamental pillar of business strategy, directly impacting financial performance, operational efficiency, and customer loyalty.

The availability of clean water in the dormitory environment is a basic need that  must be met to support the daily activities of cadets. At the Makassar Aviation Polytechnic, the water pump system plays an important role in distributing water from the source to various points of use. However, disruptions often occur and have a negative impact on the comfort of residents. This study aims
to analyze the technical and non-technical factors that cause these disruptions and provide solutions for improvement. The research methods include field observations, semi-structured interviews, and primary and secondary data analysis. The results
show that technical problems include pump motor damage,  unstable electricity supply, pipe blockages, and water level sensor damage. Non-technical disruptions include irregular maintenance schedules, lack of technician competence, and weak managerial coordination. The recommended solutions include the implementation of routine maintenance schedules, periodic technical training, and the application of an IoT-based monitoring system.

Keywords: water pump disruption, technical analysis, maintenance strategy, IoT monitoring, cadet dormitory

Upstream textile companies in Indonesia are the most significant contributors to environmentally hazardous production waste. Green Transformational Leadership (GTL) is critical to achieving a Green Resilient Supply Chain (GRS) to address vulnerability to supply chain disruptions while maintaining environmentally friendly practices. In addition, the mediation of Green Ambidexterity (GAM) and Green Innovation (GIN) is believed to strengthen the achievement of GRS. In line with the Indonesian government's policy to protect the environment, this study examines the direct effect of green transformational leadership variables on a green resilient supply chain. It evaluates Green Ambidexterity and Green Innovation's mediating effect on the relationship between GTL and GRS. This study analyzes the data of 50 production managers of upstream textile companies from 87 respondents collected from the survey. The analysis uses PLS-SEM based on variance to verify the relationship between variables. The research results indicate that green transformational leadership significantly influences green resilient supply chains. It was found that both Green Ambidexterity and Green Innovation significantly influence the Green Resilient Supply Chain, both directly and through mediating effects. Therefore, managers should consider implementing a Green Resilient Supply Chain, Green Ambidexterity, and Green Innovation practices to improve organizational goals while maintaining a green environment.

The Supply Chain Management (SCM) is a strategic tool that companies across the world are using for promoting performances. Operational performance is one of the performance measures for both manufacturing and service companies. Proper implementation of SCM is instrumental for achieving targeted performance and growth for companies. It contributes in improving competitiveness for the companies in the global market place. There is hardly any option left for companies in Bangladesh for not implementing extended SCM in order to survive in the industry. In this era of intense competition, implementation of SCM is the likely solutions for grabbing more market share. This study makes a critical evaluation of available literature on influence of SCM on operational performance in the Bangladesh Ready-made Garments Industry.

The Supply Chain Management (SCM) has emerged as a new field of study which received much attention by the business houses and the researchers. Research shows that efficient SCM ensures on time arrival of raw materials at the production plant, prevents the need to source additional materials from alternative sources, avoids higher prices and guarantees higher profitability for the manufacturing company. This research develops a conceptual framework of the impact of SCM practices on operational performance in RMG industry of Bangladesh through literature review. In this study, six most important SCM practices and eight metrics for operational performances have been adapted from the prior literatures. This study found that there is a positive relationship between SCM practices and operational performances of RMG companies in Bangladesh.

ABSTRAK COVID-19 merupakan penyakit baru yang pertama muncul di Wuhan, China pada Desember 2019. Infeksi COVID-19 menyebar bergitu cepat di China, bahkan hingga melintas di berbagai negara. Laju penyebaran infeksi COVID-19 yang tidak terbendung membuat berbagai pusat layanan kesehatan menerapkan manajemen POAC untuk menjaga kestabilan proses layanan kesehatan disaat pandemi. Literatur review ini bertujuan untuk mengetahui proses manajemen (POAC) dalam penanggulangan COVID-19 pada pusat layanan kesehatan di Asia. Metode yang digunakan dalam literature review ini yaitu dengan mencari dan mengumpulkan studi pustaka secara sistematik melalui beberapa strategi seperti pemilihan kata kunci yang berkaitan dengan proses manajemen (POAC) pusat layanan kesehatan dalam menanggulangi COVID-19. Diketahui bahwa secara umum proses manajemen (POAC) tergolong kategori baik dan penanggulangan COVID-19 tergolong baik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pusat layanan kesehatan yang menerapkan proses manajemen (POAC) dapat menanggulangi COVID-19 dengan baik. Kata kunci: COVID-19; proses manajemen (POAC); Asia.

Factors that affect and influence industrial symbiosis (IS) collaborations have been researched extensively in the literature, where they are mostly reported at a network level or for IS in general, and lack the individual actor’s perspective. This review article contributes to and expands knowledge of influencing factors and their effect on the individual actor. In a systematic review, guided by the PRISMA 2020 guidelines, this study reviews 53 scientific papers examining planned or existing IS networks. It examines literature from 1 January 2000 to 28 March 2022, and it identifies drivers, barriers, and enablers influencing actors to participate in IS. It explores whether and how the perception and impact of these factors differs depending on the characteristics of individual actors and their specific context. The main findings of this study reveal that an actor’s specific characteristics and the network’s context have a significant impact on decision making and how actors both pe...

For the purpose of timely response to requests of any participant in the supply chain, as an integral part of every logistics system, warehouse can be found at any place in the supply chain, between suppliers and customers. In that sense, warehouse management involves the control and optimisation of the complex warehouse and distribution system. It might be said that warehousing and inventory management represent support to the production process and strive to complete coordination in relations with all functions, such as marketing, finance, human resources etc. Therefore, any disruption in coordination can cause serious problems throughout the whole business process. When there is a need for achieving operational efficiency and cost savings, warehouse management and warehouse operations are appropriate areas, in terms of achieving savings which will not jeopardize the quality of products and services. Especially, order-picking, as part of the warehousing process, is one of the most important activities when it is about providing savings. Order-picking process involves taking raw materials/products from a specific location in the warehouse, so as to respond to requirements of production and/or customers. It is estimated that the costs of order-picking participate with 55% in the total cost of warehousing. However, elimination of this activity can increase the level of dissatisfaction of partners in the supply chain, and, in that way, increase the cost of lost sales. In this regard, one should not consider elimination of orderpicking from the warehousing process as an option, but rather find a way to increase its efficiency. Due to their flexibility in the order-picking process, people cannot be fully replaced by machines and technologies. However, equipment of order-picking process by the adequate technology could increase efficiency of process and productivity of employees in the warehouse. In that sense, warehouse management system (WMS) is an information technology whose implementation has the aim to increase efficiency of processes performed in warehouse. Therefore, the aim of the paper is to emphasize the importance of implementing a warehouse management system for improving the order-picking process, as warehouse activity. In order to accomplish this aim, empirical research has been conducted. A random sample of companies specialized for performing distribution activities has been chosen. The authors of the paper have analysed which segment of order-picking process can achieve maximum benefits from implementation of this technology, but also whether there are any limitations in terms of implementation of WMS. Based on the statistical methods (descriptive statistics and cluster analyses), through the SPSS software package, the results presented in the paper indicate the segments of order-picking process which are mostly improved by implementing the WMS, as information technology.

Supply chain management is essential for business firms to succeed in today's competitive global marketplace. The purpose of this paper is to examine the impacts of supply chain management practices on the performance of agribusiness firms in the Oromia regional state of Ethiopia. Information sharing, customer relationship management, strategic supplier relationships, and supply chain responsiveness are used to measure supply chain management practices. The study employed both descriptive and explanatory research designs with a quantitative approach. The data were collected from 265 agribusiness firms in the Oromia region of Ethiopia using a structured questionnaire and analyzed through multiple regressions. The results indicated that supply chain management practices significantly enhance performance, with information sharing emerging as the strongest predictor, followed by customer relationship management, strategic supplier relationships, and responsiveness. The study underscores the urgency for Oromian agribusinesses to adopt robust information systems and strengthen stakeholder relationships to mitigate inefficiencies and drive sustainable growth. This research would contribute to sparse literature on SCM in Ethiopian agribusiness contexts, specifically the Oromian context, offering practical insights for policymakers and firm managers.

Purpose: Logistics plays an important role in integrating the supply chain of industries. But given the volatility and dynamic nature of supply chain management as a field, the factors that need to be considered when choosing a 3PL can vary based on geographic location, type of industry, nature of the product and so on. Therefore, this study aims to identify which factors impact 3PL Service Provider selection the most in the edible oil industry specifically based in Karachi. The study describes and the theory of core competencies and how these competencies are used in the selection process of 3PL Service Providers. A survey was carried out through questionnaires to determine which competencies are best suited to choosing a 3PL Service Provider in the edible oil industry. The findings showed the Selection of 3PL Provider was most significantly impacted by two of the five variables Cost of Service and Operational Performance. Financial Performance showed a weak relationship while the last two variables were proven to have little or no relationship with the independent variable. The study will help the supply chain professionals of the edible oil companies focus on certain factors while outsourcing their work most importantly selecting a 3PL service provider.

In green logistics, environmentally-friendly vehicles are strongly recommended as a transportation option. One of the green logistics vehicles is the electric vehicle which is a good selection to reduce greenhouse gas emissions. The present paper focused on the location-routing problem in electric vehicles by considering multi-depots and hard and soft time windows in uncertain conditions. We proposed a fuzzy bi-objective mathematical model for electric vehicles with a limitation in charge stations, the dependence of energy consumption to vehicle load, and a simultaneous delivery and pick-up. We used the multi-objectives particle swarm meta-heuristic algorithms based on the Pareto archive and the NSGA-II algorithm to solve this model. To evaluate the validity of the proposed model and algorithms, sample problems of EVRPTW were selected and solved using Gomez software and proposed meta-heuristic algorithms. The validation results for the model and algorithm confirmed that the model is...

This white paper presents a mathematical framework for optimizing the placement of four depots to serve 252 customers in Kerala, India, using geospatial data from Kerela_df.csv. The methodology employs k-means++ clustering to initialize depot locations, the Haversine formula for distance calculations, and a heuristic optimization to maximize customer coverage within a 100 km radius. The process includes data preprocessing, elbow method for cluster selection, greedy assignment, and depot refinement. The customer dataset is analyzed, and results demonstrate effective depot placement to enhance logistics efficiency. This approach provides a scalable solution for logistics optimization, with potential applications in supply chain management.

This paper explores the critical factors influencing Supply Chain Performance (SCP) through the lens of four key variables including Logistics Performance, Integrated Information Systems (IIS), Supply Chain Resilience (SCR), and Performance Metrics in Supply Chain. In the context of downstream integration, a literature review was conducted of existing 72 pieces of literature selected from 15 international journals on Supply Chain, Logistics, Operations Management, and Business in general. The review reveals the interconnected nature of the four variables and their collective impact on enhancing supply chain efficiency, adaptability, and sustainability. Logistics Performance ensures operational efficiency by optimizing product flow, reducing costs, and meeting customer demands. IIS provides real-time data integration, enabling data-driven decision-making and improving coordination across the supply chain. SCR likewise focuses on the ability to adapt to and recover from disruptions, ensuring business continuity. Meanwhile, Performance Metrics and Continuous Improvement drive organizations to refine processes, monitor performance and adopt new technologies for ongoing optimization. The study highlights the interdependencies among these variables, suggesting that their effective integration can significantly enhance SCP. By adopting a holistic approach to supply chain management, firms can achieve a competitive advantage, improve operational resilience, and navigate an increasingly dynamic and uncertain global market.

The decision to adopt vertical integration (VI) is firm-specific, but there is a common practice among businesses in an industry to maximize the massive potential benefits of VI. This study aims to develop a VI adoption model in the restaurant industry in Davao City amid a disruptive environment during the COVID-19 Pandemic to become a business model for companies in future disruptive business conditions. The study used a validated survey questionnaire among 264 restaurant owners and managers, randomly selected using a two-step sampling process, including geographical classification and random selection from the list of restaurants provided by the City Government Business Bureau. It is a quantitative study where the data were subjected to a structural equation model (SEM). The results revealed that VI is present but limited to procurement, production, restaurant services, and online marketing. Raw materials were outsourced while delivering services to customers through third-party delivery services. The VI slowly increased over ten years except for online marketing, which has grown significantly in just a few years. The endogenous and exogenous variables were correlated and established the linear regression model. The SEM's best-fit model revealed that strategic motives (SMOT) and market factors (MFAC) influenced VI adoption while MFAC is the best predictor. The model revealed that the presence of strategic motives and favorable market factors may lead restaurants to adopt VI amid a disruptive business environment.

Manajemen organisasi industri merupakan kunci penting dalam menjalankan operasional perusahaan yang efisien dan kompetitif. Namun, banyak perusahaan, baik skala kecil maupun besar, masih menghadapi berbagai permasalahan manajerial yang menghambat produktivitas serta pertumbuhan jangka panjang.

The purpose of this study was to establish the influence of electronic supplier management practices on supply chain performance of sugar processing firms. The target population is 7,584 employees of sugar processing firms in Kenya and Yamane Taro’s formula was applied to come up with a sample size of 379 respondents. Data was gathered by a questionnaire, interviews and observation. Correlation was used to determine the relationship between E-supplier management practices and Supply chain performance while regression analysis tested the hypothesis. The study established that E-supplier management practices enhances supply chain performance. Two kinds of supply chain are proposed; Managerial and demand. Managerial supply chain where as a result of electronic supplier management practice, flow of goods and services from the suppliers are properly managed through information sharing between the buyer-seller thus improved deliveries. Demand supply chain where as a result of electronic s...

Packaperforma is a tool developed in order to increase the efficiency, effectiveness and differentiation in the future design of packaging systems. The tool is based on the theory Packaging Logistics Performance. Packaperforma is a further development of Packaging Scorecard and it could be utilized by packaging designers and supply chain managers to see the functions of the packaging system in the logistics processes. This means that the gap between packaging decisions and logistics decisions can be mitigated, as it can share the downstream information with the upstream and the designers. Packaperforma is used to conduct comparative studies in multiple Supply-Demand Chains. A study as such increases the quantity of data in the Packaperforma database that could be used to indicate the performances of the packaging, the agent and the Supply Demand Chains. The paper presents a study on Packaging Logistics Performance, how to evaluate packaging performance; how to collect feedback infor...

The purpose of this work was to study the packaging supplier and the integration of integrating packaging suppliers into the supply and demand chain (SDC). The packaging industry has been analyzed using a structured market analysis, and the companies studied have been positioned in an integration model for packaging suppliers. In addition, case studies were conducted to study the development of the packaging industry and its integration within the SDC in the Scandinavian region. The analysis shows that there are gaps in the business relations between the packaging companies studied and the SDC. Most of the packaging suppliers were not integrated into the SDC. Valuable information, available in the network, seldom reaches the packaging supplier who holds the knowledge necessary to create and offer innovative packaging solutions. The article provides an empirical exploration into the field of packaging, logistics and SDC integration and an original conceptual framework that could serve as a theoretical framework for future research work applied in the packaging industry and an interesting business model to the increase understanding of packaging supply chain integration.

To support a more holistic approach to the contribution of packaging to efficiency and value creation in the product supply chain, a systematic evaluation method – packaging scorecard – has been developed and tested in two case studies. The packaging scorecard is based on research of functional criteria of packaging and the theories of ‘balanced scorecard’, a general management approach to evaluating organizational performance using different perspectives. The results of the case studies indicate that the method can be very useful to get a systematic overview of packaging performance throughout the product supply chain. Copyright © 2003 John Wiley & Sons, Ltd.

With the advancement of information technology, hospitals around the world are increasingly adopting technology-based application systems to enhance efficiency and service quality. One of the essential applications in hospital management is the product application system, which manages and distributes medical products, equipment, and medicines. This system is designed to simplify the management of inventory, ordering, and distribution of medical products across hospital departments. This study aims to analyze the implementation of the product application system in hospitals, focusing on its effectiveness, efficiency, and impact on healthcare services. The research method used is a case study of hospitals that have implemented the product application system. The results of the study show that this system can improve the accuracy of inventory management, reduce operational costs, and accelerate the distribution process of medical products. However, there are challenges in terms of human resource training and system integration with other hospital devices. The study concludes that despite some obstacles, the implementation of the product application system in hospitals has a positive impact on operational performance and the quality of patient care services.

Pandemi membawa dampak besar terhadap sistem logistik rumah sakit, khususnya dalam memastikan ketersediaan alat pelindung diri, obat-obatan, dan peralatan medis lainnya. Pengalaman Indonesia selama pandemi Covid-19 menunjukkan berbagai kelemahan, seperti keterlambatan pengiriman, kekurangan stok, dan kurangnya integrasi data antar fasilitas kesehatan. Permintaan logistik yang meningkat secara drastis tidak diimbangi dengan sistem pengadaan dan distribusi yang adaptif, sehingga mengganggu pelayanan rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teori dan penerapan manajemen logistik di rumah sakit saat pandemi serta merumuskan langkah strategis untuk meningkatkan efektivitasnya dalam situasi darurat. Dengan menelaah strategi seperti pengendalian distribusi harian, pembentukan tim kerja khusus, dan penggunaan sistem informasi terintegrasi, makalah ini menyoroti pentingnya koordinasi dan pengambilan keputusan yang cepat dalam menjaga kelancaran distribusi logistik medis. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam merancang sistem logistik rumah sakit yang lebih tanggap dan efisien dalam menghadapi pandemi baru yang berskala besar.

Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap sistem logistik rumah sakit, terutama dalam perencanaan, distribusi, dan pelaporan stok alat kesehatan serta obat-obatan. Studi ini mengevaluasi kinerja logistik selama pandemi, mengidentifikasi tantangan, dan merumuskan rekomendasi strategis untuk peningkatan kesiapsiagaan. Metode yang digunakan adalah kajian literatur dan simulasi evaluasi berdasarkan studi kasus di tiga rumah sakit. Hasil menunjukkan masih lemahnya sistem logistik, seperti keterbatasan SDM, pencatatan manual, ketiadaan SOP darurat, dan lemahnya koordinasi lintas unit. Meski demikian, praktik baik seperti metode FIFO/FEFO dan pemanfaatan jejaring eksternal mulai diterapkan. Studi ini merekomendasikan lima langkah strategis: penyusunan SOP tanggap darurat, digitalisasi logistik, penguatan SDM, peningkatan koordinasi, dan pengembangan infrastruktur untuk mewujudkan sistem logistik rumah sakit yang tangguh dan adaptif terhadap krisis.

Small and Medium Enterprises (SMEs) are considered the driving force for the Malaysian economy. They stimulate the local economy, provide employment, and for large companies, they participate in supply chains. However, limited studies have been found on SMEs which are related to the achievement of sustainability. On the other hand, lean, green, six sigma and sustainability performance are among the most commonly discussed topics in the literature of business operations. Despite the linkages among these concepts, there have been nominal efforts at integrating the concepts of lean, green and six sigma concerning sustainability performance in SMEs. Therefore, this study suggests a conceptual framework for the implementation of lean, green and six sigma practices which impact on the sustainability performance within business operations of SMEs in Malaysia. This conceptual paper shines a light on the integration of lean green manufacturing practices with the combination of six sigma practices in SMEs. The combination of these concepts provides benefits to industry, as well as society. These days, society is demanding those business models which are socially responsible and more sustainable. Therefore, the sustainability concept has now become a basis to help understand many firms' success in the current competitive contexts. Therefore, the findings emanating from the study will aid SMEs to understand the importance of lean green, six sigma practices which effect on their day to day performance, as well as to formulate an effective approach to pursue the path towards sustainability.

This paper aims to develop an inter-disciplinary conceptual framework through review of literature on the relationship among corruption, corruption in public procurement (CiPP), and effects of CiPP on the tax morale (TM). As proposed by , the 'Agency theory' (AT) is applied to view and explain the occurrence of multiple agency problem(s) in PP arising due to high stakes of divergent stakeholders such as: ( ) electorate (the public), (2) political elite (elected representative(s), chief executive(s), and cabinet minister(s) etc.), (3) influence group(s), and (4) PP professionals (PPP). Potential of PP to act as a potent tool of public-policyimplementation is suggested by scholars if transparency in PP is ensured. Effect of inefficiencies in governance on the taxpayers' TM is highlighted in the literature however, CiPP is presented as an inefficiency in judicious utilization of public money. Corruption-free PP will not only help the governments to 'do more with less' by eliminating inefficiencies (CiPP) but establish the moral authority of governments (especially in developing countries) to raise TM of taxpayers for raising tax collection and channelizing taxpayers' money for improving socioeconomic indicators in the developing economies. Two main types of corruption (grand, and legislative) are in the scholastic focus from different subjects however, petty corruption (here CiPP) is not much focused in the studies conducted so far.

Departemen radiologi merupakan salah satu bagian penting dalam layanan kesehatan yang berperan penting dalam proses diagnostik berbagai penyakit. Seiring meningkatnya kebutuhan layanan pencitraan medis, jumlah data yang dihasilkan juga meningkat secara signifikan. Data tersebut mencakup hasil pencitraan dari berbagai modalitas seperti CT Scan, MRI, dan X-ray, serta data pasien lainnya. Untuk mengelola data dalam skala besar, sistem PACS (Picture Archiving and Communication System menjadi solusi utama yang didukung oleh konsep Big Data. Big Data memiliki lima karakteristik utama yang disebut juga dengan konsep 5V (volume, value, veracity, variety, dan velocity). Selain itu big data juga memiliki empat komponen utama, yakni data storage, data processing, data analysis, dan data visualization. Semua komponen dan karakteristik dalam big data akan bekerja sama untuk mendukung proses pengambilan klinis secara efisien dan akurat.
Penerapan Big Data dalam sistem PACS terbukti mampu meningkatkan efisiensi pemeriksaan, akurasi diagnostik, serta manajemen sumber daya di rumah sakit. Namun, implementasi tersebut juga harus disertai dengan infrastruktur yang memadai dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku, sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 tentang rekam medis.

PT APM Armada Auto Parts menghadapi sejumlah tantangan dalam manajemen organisasi industri, yang berdampak pada efektivitas operasional dan produktivitas perusahaan. Beberapa permasalahan utama yang muncul meliputi:

Kurangnya Koordinasi Antar Departemen
Terjadi hambatan komunikasi dan kurang sinergi antara bagian produksi, pemasaran, dan logistik yang menyebabkan keterlambatan pemenuhan pesanan dan inefisiensi operasional.

Sumber Daya Manusia Kurang Terlatih
Karyawan belum sepenuhnya memahami sistem kerja berbasis industri modern (lean manufacturing), sehingga produktivitas masih rendah dan angka kesalahan kerja cukup tinggi.

Struktur Organisasi Kaku
Struktur organisasi yang terlalu hierarkis memperlambat pengambilan keputusan dan menghambat inovasi.

Kurangnya Evaluasi Kinerja Berbasis Data
Pengukuran kinerja belum sepenuhnya menggunakan indikator yang objektif dan terukur, sehingga sulit melakukan perbaikan berkelanjutan secara sistematis.

Rendahnya Adaptasi Teknologi Baru
Perusahaan belum maksimal dalam mengadopsi otomasi dan digitalisasi proses produksi, yang menyebabkan ketertinggalan dibanding kompetitor.
Contoh permasalahan : Kurangnya Koordinasi Antar Departemen
Salah satu masalah utama dalam manajemen organisasi di PT APM Armada Auto Parts adalah lemahnya koordinasi antar departemen. Misalnya, bagian produksi sering kali tidak mendapatkan informasi terkini dari bagian pemasaran mengenai perubahan jumlah pesanan atau permintaan khusus dari pelanggan. Akibatnya, produk yang diproduksi tidak sesuai dengan kebutuhan aktual pasar, sehingga menyebabkan penumpukan stok di gudang atau keterlambatan pengiriman. Contoh lainnya, bagian logistik tidak segera diberitahu mengenai jadwal penyelesaian produksi, sehingga distribusi ke pelanggan menjadi tertunda dan menurunkan tingkat kepuasan pelanggan.
Sebagai solusi, PT APM Armada Auto Parts perlu memperbaiki sistem komunikasi dan koordinasi antar divisi dengan menerapkan manajemen partisipatif. Pelatihan bagi manajer dan pemimpin tim juga penting untuk meningkatkan efektivitas kerja. Selain itu, digitalisasi proses produksi dan administrasi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam operasional perusahaan

Surya Jaya Diningrat (231061201085) Al Usma Sulis (231061201235) Kania Natasya Ayu Afriadi (231061201028) Lathiifanindia (231061201190) Rifa Felisa Yuda (231061201228) Rahmi Impala (231061201001) 4C PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS IBNU SINA i Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillahhirobbil aalamin, wassholaa tuwassalaamu 'alaa asrofil ambiyaa iwalmursalin wa'alaa aalihi wasahbihi rosulillahi ajma'in amma ba'du. Pertama -tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana atas berkah dan rahmatnya kita dapat melaksanakan proses pembelajaran. Sholawat dan salam tak lupa kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW allahumma sholli 'alaa sayyidina muhammad waalaa aali sayyidina muhammad, yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan hingga saat ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Operasional. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembacanya mengenai "Supply Chain Management/manajemen rantai pasok". Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rahman Syahputra, S. Sos., M. Si. selaku dosen mata kuliah Manajemen Operasional, Universitas Ibnu Sina yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya karya tulis yang lebih baik lagi.

PT Soka Cipta Niaga merupakan perusahaan manufaktur yang dikenal melalui produk kaos kaki, dan kini tengah melakukan diversifikasi usaha dengan meluncurkan brand baru bernama Hijabers Secret yang fokus pada busana muslimah, khususnya abaya. Dalam proses operasionalnya, brand ini mengandalkan sistem rantai pasok yang mencakup tahapan desain, pengadaan bahan baku, produksi melalui mitra konveksi, penyimpanan barang jadi, hingga distribusi ke konsumen melalui kanal online dan mitra penjualan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas rantai pasok Hijabers Secret, khususnya pada aspek pengecekan data produk, pengelolaan stok, dan demand forecasting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem manajemen yang saat ini digunakan masih dalam tahap awal pengembangan, dengan karakteristik yang belum sepenuhnya terintegrasi secara digital. Di tengah proses ini, alur rantai pasok yang telah terbentuk serta potensi pasar yang besar menjadi kekuatan utama bagi pengembangan brand Hijabers Secret. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, pengelolaan berbasis data melalui sistem digital menjadi langkah strategis yang dapat mendorong peningkatan efisiensi operasional dan memperkuat daya saing perusahaan dalam menghadapi dinamika industri fashion muslimah yang terus berkembang.

PT Soka Cipta Niaga merupakan perusahaan manufaktur yang dikenal melalui produk kaos kaki, dan kini tengah melakukan diversifikasi usaha dengan meluncurkan brand baru bernama Hijabers Secret yang fokus pada busana muslimah, khususnya abaya. Dalam proses operasionalnya, brand ini mengandalkan sistem rantai pasok yang mencakup tahapan desain, pengadaan bahan baku, produksi melalui mitra konveksi, penyimpanan barang jadi, hingga distribusi ke konsumen melalui kanal online dan mitra penjualan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas rantai pasok Hijabers Secret, khususnya pada aspek pengecekan data produk, pengelolaan stok, dan demand forecasting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem manajemen yang saat ini digunakan masih dalam tahap awal pengembangan, dengan karakteristik yang belum sepenuhnya terintegrasi secara digital. Di tengah proses ini, alur rantai pasok yang telah terbentuk serta potensi pasar yang besar menjadi kekuatan utama bagi pengembangan brand Hijabers Secret. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, pengelolaan berbasis data melalui sistem digital menjadi langkah strategis yang dapat mendorong peningkatan efisiensi operasional dan memperkuat daya saing perusahaan dalam menghadapi dinamika industri fashion muslimah yang terus berkembang.