PENCEGAHAN PENYAKIT

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas mengenai anemia gizi besi, mulai dari pengertian, prevalensi, indikator, hingga implikasi, pencegahan, dan penanggulangannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih luas mengenai pentingnya pencegahan anemia gizi besi dalam menjaga kesehatan masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan seperti anak-anak, remaja, dan ibu hamil. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, teman-teman, serta semua pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Kami juga berharap bahwa makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca dalam memahami serta mengatasi permasalahan anemia gizi besi. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi penyajian maupun isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan ke depannya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul "(Anemia Gizi Besi)". Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah 'Gizi kesehatan masyarakat'. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang anemia gizi besi, mulai dari, pengertian, prevalensi, indikator , gambaran anemia gizi besi , implikasi anemia gizi besi , pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi. Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber, baik berupa jurnal, artikel ilmiah, lainnya yang relevan dengan topik yang dibahas. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis juga berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam mengenai topik yang dibahas. Majene,

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit adalah keadaan yang tidak normal pada tubuh atau pikiran seseorang yang menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh atau sosial. Penyakit dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, keturunan, lingkungan, atau gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit juga dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular.Penyakit menular disebabkan oleh infeksi dari virus, bakteri, jamur, atau parasit, sedangkan penyakit tidak menular disebabkan oleh faktor risiko seperti kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, pola makan yang tidak sehat, dan stres. Penanganan penyakit meliputi tindakan pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan pasien. WHO berperan penting dalam mengidentifikasi, mencegah, dan mengobati penyakit di seluruh dunia melalui programprogram kesehatan global.

Penyakit dalam budidaya ikan hias menjadi masalah utama yang dihadapi oleh pembudidaya ikan hias Discus di Kota Bogor. Minimnya pengetahuan tentang cara pencegahan munculnya penyakit yang menyebabkan masalah penyakit muncul dalam budidaya sehingga kualitas ikan yang diperoleh sangat rendah. Kepedulian kami terhadap permasalahan tersebut mendorong kami untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada pembudidaya ikan hias Discus. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan membantu memecahkan masalah dalam budidaya ikan hias Discus. Metode yang digunakan dalam kegiatan adalah metode POD (Pendekatan Orang Dewasa) yang dilakukan secara partisipatif dengan ceramah dan diskusi kelompok. Dari proses tanya jawab yang dilakukan bersama para pembudidaya, diketahui bahwa penyakit yang sering menyerang ikan hias Discus adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa. Munculnya protozoa disebabkan kesalahan dalam pengelolaan air sumber yang digunakan untuk memelihara ikan...

Upaya perbaikan gizi, kesehatan dan tingkat ekonomi masyarakat antara lain dapat dilakukan melalui pengembangan sayuran indijenes (sayuran lokal) dengan teknik hidroponik.  Sayuran indijenes dikenal karena kandungan gizi dan zat berkhasiatnya yang tinggi, tetapi sebagian spesiesnya terancam punah. Budidaya sayuran secara hidroponik merupakan teknologi budidaya sayuran tanpa menggunakan media tanah dan dapat dilakukan di lahan sempit. Teknologi hidroponik yang digunakan pada pengabdian ini adalah sistem rakit apung, yaitu teknik hidroponik dengan akar tanaman mengapung pada bak larutan hara.Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ibu-ibu rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam sayuran indijenes secara hidroponik kaitannya dengan pemenuhan gizi keluarga pada masa pandemi. Kegiatan ini diharapkan dapat memberi semangat dalam mengoptimalkan lahan pekarangan. Kegiatan ini melibatkan ibu rumahtangga yang tergabung dalam Kelompok PKK Desa Babak...

Penyakit infeksius pada budidaya ikan, khususnya yang disebabkan oleh bakteri Vibrio, merupakan salah satu tantangan utama dalam industri perikanan. Salah satu strategi pencegahan yang telah dikembangkan adalah penggunaan vaksin polivalen, yang mengandung antigen dari beberapa jenis bakteri Vibrio. Paper ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas vaksin polivalen dalam menekan angka kematian pada ikan yang terinfeksi vibriosis dari buku dan jurnal yang relevan. Metode analisis jurnal menggunakan metode Synthesize, yang mengintegrasikan berbagai sumber penelitian sebelumnya untuk menyusun ide baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin polivalen mampu meningkatkan survival rate dan melindungi ikan dari infeksi Vibrio. Dengan demikian, penggunaan vaksin polivalen dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengendalikan penyakit dan meningkatkan kesehatan populasi ikan di akuakultur. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme respons imun dan efektivitas jangka panjang dari vaksin tersebut. Kesimpulannya, vaksin polivalen menjanjikan sebagai solusi yang potensial dalam mengurangi dampak negatif vibriosis pada budidaya ikan.

Penyakit infeksius pada budidaya ikan, khususnya yang disebabkan oleh bakteri Vibrio, merupakan salah satu tantangan utama dalam industri perikanan. Salah satu strategi pencegahan yang telah dikembangkan adalah penggunaan vaksin polivalen, yang mengandung antigen dari beberapa jenis bakteri Vibrio. Paper ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas vaksin polivalen dalam menekan angka kematian pada ikan yang terinfeksi vibriosis dari buku dan jurnal yang relevan. Metode analisis jurnal menggunakan metode Synthesize, yang mengintegrasikan berbagai sumber penelitian sebelumnya untuk menyusun ide baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin polivalen mampu meningkatkan survival rate dan melindungi ikan dari infeksi Vibrio. Dengan demikian, penggunaan vaksin polivalen dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengendalikan penyakit dan meningkatkan kesehatan populasi ikan di akuakultur. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme respons imun dan efektivitas jangka panjang dari vaksin tersebut. Kesimpulannya, vaksin polivalen menjanjikan sebagai solusi yang potensial dalam mengurangi dampak negatif vibriosis pada budidaya ikan.

Penyakit infeksius pada budidaya ikan, khususnya yang disebabkan oleh bakteri Vibrio, merupakan salah satu tantangan utama dalam industri perikanan. Salah satu strategi pencegahan yang telah dikembangkan adalah penggunaan vaksin polivalen, yang mengandung antigen dari beberapa jenis bakteri Vibrio. Paper ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas vaksin polivalen dalam menekan angka kematian pada ikan yang terinfeksi vibriosis dari buku dan jurnal yang relevan. Metode analisis jurnal menggunakan metode Synthesize, yang mengintegrasikan berbagai sumber penelitian sebelumnya untuk menyusun ide baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin polivalen mampu meningkatkan survival rate dan melindungi ikan dari infeksi Vibrio. Dengan demikian, penggunaan vaksin polivalen dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengendalikan penyakit dan meningkatkan kesehatan populasi ikan di akuakultur. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme respons imun dan efektivitas jangka panjang dari vaksin tersebut. Kesimpulannya, vaksin polivalen menjanjikan sebagai solusi yang potensial dalam mengurangi dampak negatif vibriosis pada budidaya ikan.

Penyakit infeksi pada budidaya ikan, terutama yang disebabkan oleh bakteri Vibrio, adalah masalah besar di industri akuakultur. Salah satu solusi yang dikembangkan adalah penggunaan vaksin polivalen yang efektif mengurangi angka kematian dan melindungi ikan dari infeksi. Metode analisis jurnal menggunakan metode Synthesize, menggabungkan penelitian terdahulu untuk menghasilkan ide baru. Vaksin polivalen menjanjikan sebagai strategi efektif dalam mengendalikan penyakit vibriosis pada budidaya ikan.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang signifikan pada bidang kelautan dan perikanan, khususnya dalam lingkup perikanan laut. Namun salah satu permasalah utama keberlanjutan produksi perikanan budidaya laut adalah adanya penyakit yang menyerang biota budidaya sehingga menyebabkan kematian yang disebabkan oleh mikro patogen. Banyak keluhan para petani ikan akibat ikan yang dibudidayakan mengalami serangan bakteri Flexibacter hingga ekor ikan terputus. Vaksin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi penyakit menular pada ikan laut yang dibudidaya. Oleh karena itu tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk membahas efektifitas penggunaan vaksinasi pada ikan budidaya laut menggunakan vaksin fleksibacter. Metode review yang diterapkan pada penulisan artikel ilmiah ialah analisa deskriptif dengan mengembangkan data dari tiga literatur artikel ilmiah terkait.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji percobaan vaksinasi yang lebih efektif dilakukan pada uji percobaan pertama vaksinasi menggunakan satu jenis vaksin yaitu vaksin flexibacter yang lebih spesifik dan membuktikan bahwa pemberian vaksin dengan metode ini dengan injeksi intra peritioneal (IP) memiliki tingkat kelangsungan hidup 86,67%, dan RPS 60% lebih tinggi, sedangkan dengan uji percobaan yang kedua yaitu uji efektivitas kombinasi vaksin bakteri vibrio polivalen dengan vaksin streptococcus dan vaksin Flexibacter pada ikan kerapu macan yang merupakan gabungan dari tiga jenis vaksin dengan cara pemberian vaksin melalui perendaman yang menghasilkan tingkat kelangsungan hidup sebesar 67,78% dan RPS 35,70%.

Budidaya ikan kerapu masan (epinephlus fuscogattatus) merupakan salah satu sektor penting dalam industri perikanan.Nmaun, salah satu tantangan besar dalam budidaya ikan adalah resiko infeksi bakteri yang dapat menyebabkan kerugian besar.dalam konteks ini,pengembangan teknologi vajsinasi menjadi sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan budidaya ikan.Artikel ini membahas tentang aplikasi vaksin bakteri polivalen pada ikan kerapu macan yang bertahan dipelihara di keramba jaring apung,dengan tujuanuntuk meningkatkan ketahanan imun ikan terhadap infeksi bakteri.

Dalam jurnal ini membahas tentang efektivitas vaksin bakteri polivalen terhadap tingkat kelangsungan hidup serta pertumbuhan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di kermba jaring apung. Vaksin bakteri polivalen teridentifikasi dari tiga bakteri patogen yaitu : Vibrio harveyi, Vibrio alginolyticus dan Photobacter leiognathi. Ukuran benih ikan kerapu macan yang di aksinasi adalah pandang 6 c dan berat 7 g, dengan perendaman selama 1 jam pada dosis 1 m/L vaksin/L air laut. Hasilnya menunjukkan vaksin bakteri polivalen efektif. dalam meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu macan di keramba jaring apung, tingkat kelangsungan hidup pada kelompok vaksinasi lebih tinggi dibandingkan kontrol. Tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu macan pada perlakuan vaksin mencapai 77,11%, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 45,56%, dengan nilai relative survival rate (RPS) sebesar 57,95%.

Ikan kerapu merupakan ikan komoditas utama budidaya termasuk di Indonesia. Namun dalam pengembangan budidaya masih memiliki permasalahan seperti kematian yang disebabkan oleh patogen dari agen bakterial. Penanggulangan penyakit bakterial pada ikan kerapu dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pemberian vaksinasi dan pemberian bahan herbal. Pada makalah ini diulas beberapa penelitian jenis vaksin dan bahan herbal yang sudah diuji pada ikan kerapu sebagai langkah pengendalian penyakit bakterial.

Salah satu ikan utama komoditas budidaya di Indonesia adalah ikan kerapu. Dengan kemajuan yang berkembang dalam pertanian isu-isu seperti kematian tentunya tetap ada, misalnya disebabkan oleh agen bakteri atau patogen. Terdapat berbagai cara menghentikan penyakit bakteri pada ikan, salah satu pendekatan untuk pengobatan kerapu adalah imunisasi dan penggunaan zat herbal. Review ini membahas sejumlah penelitian tentang jenis vaksinasi dan komponen herbal sebagai tindakan pencegahan terhadap penyakit bakteri terhadap ikan kerapu.

Pada budidaya ikan banyak yang menjadi kendala, salah satunya yaitu timbulnya penyakit yang menyerang ikan budidaya yang dapat menyebabkan ikan mati. banyak penelitan yang sudah dilakukan untuk memberikan pengobatan kepada ikan yang terserang penyakit tersebut. Salah satu penelitian bertujuan untuk mengetahui manfaat dari perpaduan antara vaksin bakteri polivalen dengan vaksin anti “grouper sleepy disease iridovirus” (GSDIV). Vaksin bakteri polivalen dihasilkan dengan menggabungkan tiga bakteri patogen yang sudah dilemahkan, tiga bakteri patogennya yaitu Vibrio alginolyticus, Vibrio harveyi, dan Photobacterium leiognathi. Untuk penggunaan vaksin bakteri polivalen dilakukan dengan cara perendaman, untuk pengaplikasian vaksin anti GSDIV dilakukan  dengan cara penyuntikan intra-peritoneal pada benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).

Ikan kerapu merupakan ikan komoditas utama budidaya termasuk di Indonesia. Namun dalam pengembangan budidaya masih memiliki permasalahan seperti kematian yang disebabkan oleh patogen dari agen bakterial. Penanggulangan penyakit bakterial pada ikan kerapu dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pemberian vaksinasi dan pemberian bahan herbal. Pada makalah ini diulas beberapa penelitian jenis vaksin dan bahan herbal yang sudah diuji pada ikan kerapu sebagai langkah pengendalian penyakit bakterial.

Vaksin Povalen adalah vaksin yang dibuat dengan mencampurkan tiga isolat bakteri (V. harveyi, V. alginolyticus, dan P. leiognathi). Ketiga bakteri tersebut diisolasi dari ikan kerapu sakit dan telah terbukti patogen yang telah diidentifikasi dengan metode direct sequencing di Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar menggunakan primer 16S rDNA. Vibriosis

sp.) adalah salah satu spesies ikan kerapu bernilai ekonomi tinggi dan telah banyak dibudidayakan. Permasalahan penyakit Viral nervous necrosis (VNN) yang disebabkan oleh infeksi Betanodavirus dapat menyebabkan kejadian kematian massal bagi ikan kerapu cantang. Tindakan pencegahan yang dianggap efektif untuk mencegah penyakit VNN adalah melalui tindakan vaksinasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian nanovaksin rekombinan protein Chlorella vulgaris berbasis nanopartikel Hybrid chitosan dalam meningkatkan respons imunitas ikan kerapu cantang yang diinfeksi VNN. Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan yang terdiri atas K+ (Ikan kerapu cantang terinfeksi VNN), K-(Ikan kerapu cantang sehat), T1 (Ikan kerapu cantang sehat yang diberi nanovaksin 33 μl kemudian diuji tantang VNN), T2 (Ikan kerapu cantang sehat yang diberi nanovaksin 66 μl kemudian diuji tantang VNN), dan T3 (Ikan kerapu cantang sehat yang diberi nanovaksin 112 μl kemudian diuji tantang VNN). Parameter yang diamati adalah hematologi, tingkat Relative percentage survival (RPS) nanovaksin dan tingkat Survival rate (SR). Hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian nanovaksin mampu meningkatkan respons imunitas ikan yang ditunjukkan dengan peningkatan respons hematologi, RPS, dan SR ikan kerapu cantang dibandingkan perlakuan tanpa pemberian nanovaksin. Dosis terbaik pemberian nanovaksin pada penelitian ini adalah 33 μl.

Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai antara inang (host), organisme penyebab penyakit (pathogen) dan kondisi lingkungan. Interaksi yang tidak sesuai itu dapat menyebabkan stress pada ikan, nafsu makan menurun, yang selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak bekerja secara optimal, akhirnya infeksi penyakit mudah masuk. Streptococcus adalah bakteri spheris gram positif-coccus termasuk dalam family Streptococcaceae dengan karateristik bulat/oval, tidak bergerak, sifat pertumbuhan koloni dan memanjang seperti rantai, diameter koloni berukuran 0,7 – 1,4 µm. Metode review yang digunakan adalah metode summarize yaitu metode review jurnal dengan meringkas dan menulis kembali sumbernya melalui proses pengambilan kesimpulan dari sebuah teks hanya dengan mengambil bagian-bagian pentingnya saja. Review yang dilakukan untuk mengkaji dan mengambil kesimpulan tentang pencegahan penyakit berupa penggunaan berbagai jenis vaksin yang telah dikembangkan untuk infeksi bakteri Streptoccous. Dengan mengetahui gejala klinis dari penyakit infeksi tersebut, kita dapat melakukan pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit dilakukan yaitu dengan vaksin. Vaksin merupakan suatu zat yang dimasukkan kedalam tubuh yang untuk mendapatkan kekebalan tubuh (antibody) terhadap suatu penyakit infeksi tertentu. Terdapat berbagai cara pemberian vaksin yang diberikan kepada ikan termasuk metode perendaman, oral melalui pakan, dan injeksi.  Sampai saat ini sudah banyak vaksin yang dibuat dan dikembangkan sebagai upaya pencegahan penyakit infeksi bakteri Streptoccus serta meningkatan sintasan ikan budidaya diatas 70%. Sehingga kematian ikan akibat bakteri Streptoccous dapat dicegah dan tidak menimbulkan kerugian finansial.

Kata Kunci : Penyakit, Streptococcus, Vaksin, Pencegahan penyakit

Vaksinasi merupakan suatu metode pengembangan sistem kekebalan tubuh tertentu melalui vaksinasi. Vaksinasi banyak digunakan untuk mencegah wabah penyakit menular dan secara efektif mengendalikan wabah penyakit ikan seperti Vibrio alginolyticus untuk memantau tingkat kelangsungan hidup (SR) dan mengukur titer antibodi. Ini merupakan indikator efektivitas vaksinasi , dan tes darah akan memberi tahu Anda kesehatan ikan. Salah satunya adalah kapasitas fagositik leukosit sebesar yang menunjukkan bahwa pengobatan vaksinasi berpengaruh positif terhadap survival rate (SR). Titer antibodi dan indeks fagositosis benih kerapu kantan. Jumlah stadium Kelangsungan hidup ikan kerapu Kanji yang divaksinasi optimal sebanyak 4. 444 ekor sebesar 70,0%, titer antibodi yang divaksinasi optimal sebesar 298,67, dan indeks fagositosis optimal sebesar 52,67%. Hasil Vaksin Formalin Killed Cell (FKC). Vibrioarginogen dapat melindungi ikan pada dosis yang sesuai. Konsentrasi yang berbeda dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR), titer antibodi , dan indeks fagositosis.

Ikan karapu memrupaka dalah satu jenis komuditas akuakultur yang penting di
wilayah asia tenggara. Namun, terdapat beberapa penyakit yang sering menyarang iakn
kerapu salah satunya bakteri Flexibacter. Sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit
tersebut dilakkan berbagai cara saah satunya dengan vaksinasi. Sehingga perlu dilakukan
pengembangan mengenai vkasinsi. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh teknik
penggunaan vaksin bakteri Flexibacter dan untuk mengetahui efektivitas teknik tersebut
pada ikan kerapu. Pengujian dilakukan dengan 3 metode yaitu injeksi internal,
perendaman, dan kontrol. Dari hasil penelitian menunjukan metode injeksi internal
merupakan metode yang paling baik dalam vaksinasi panyakit bakteri Flexibacter pada
ikan kerapu.

Budidaya ikan kerapu rentan terhadap infeksi berbagai jenis bakteri. Penelitian untuk mengetahui efektivitas vaksin yang terdiri dari tiga spesies bakteri patogen telah dilakukan terhadap benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Ketiga bakteri patogen telah diidentifikasi dengan metode sekuensing sebagai Vibrio harveyi, Vibrio alginolyticus, dan Photobacterium leiognathi. Vaksin dilakukan melalui perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kerapu macan memberikan respons positif terhadap vaksin bakteri polivalen yang diberikan melalui perendaman. Nilai titer antibodi dan sintasan ikan yang diberi perlakuan vaksinasi lebih tinggi dibanding kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa vaksin bakteri polivalen bersifat imunogenik pada ikan kerapu dan mampu memberikan perlindungan terhadap infeksi bakteri.

Peningkatan produksi budidaya ikan kerapu terhambat oleh penyebaran penyakit,
mengakibatkan produksi yang tidak optimal. Metode pencegahan penyakit pada ikan kerapu
melibatkan analisis sumber penyakit dalam lingkungan budidaya. Penyakit vibriosis,
disebabkan oleh bakteri Vibrio spp., sering kali menjadi patogen sekunder setelah infeksi
primer oleh protozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas vaksin polivalen
dalam mengendalikan penyakit vibriosis pada ikan kerapu. Metode pengumpulan data
melibatkan pencarian informasi terkait aplikasi vaksinasi bakteri Vibrio alginolyticus pada ikan
kerapu untuk mengetahui jenis vaksin, efektivitasnya, dan penerapannya pada ikan kerapu.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen rancangan acak lengkap. Terdapat
empat metode vaksinasi yang digunakan: suntikan, rendaman, dan oral. Vaksin polivalen
mengandung antigen dari beberapa strain mikroorganisme penyebab penyakit yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan sintasan dan pertumbuhan relatif yang baik pada
ikan yang divaksinasi. Penelitian lain juga mengindikasikan respons positif terhadap vaksin
Vibrio polivalen yang diberikan melalui perendaman. Sintasan lebih tinggi pada perlakuan
vaksin dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menegaskan bahwa vaksinasi dapat menjadi
metode efektif dalam mengendalikan penyakit vibriosis pada budidaya ikan kerapu.

Ikan kerapu merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang hargan jual yang cukup tinggi, tetapi budidaya ikan kerapu macan tidak bisa lepas dari berbagai penyakit salah satunya vibriosis. Vaksin dibuat dengan mencampurkan tiga isolate bakteri (V. harveyi, V. alginolyticus, dan P. leiognathi) dan perbandingan 1:1:1, dan Kepadatan bakteri diatur 10 cfu/mL. Ikan kerapu divaksin sejak masih di tempatkan dihatchery dengan ukuran benih Panjang 6 cm dan berat 7 gram. Metode pemberian vaksin dengan cara merendam benih ikan kerapu selama satu jam dengan dosis 1 ml vaksin/ L air laut. Booster diberikan setelah 7 hari dari vaksin awal diberikan. Vaksinasi ulang diberikan pada hari ke-60 dan ke-120 pasca vaksinasi awal. data diatas sintasan lebih tinggi dari ikan yang di vaksin 77,11 % dari control yang hanya 45,56% dengan RPS 57,59 %.

Pencegahan infeksi virus menjadi salah satu upaya yang diawali dengan melakukan inventarisasi penyakit ,dan penyediaan vaksin yang mempunyai efektivitas yang baik dalam pencegahan infeksi. Pengembangan vaksin dalam upaya memberantasnya juga makin bervariasi dengan mencampur gabungkan hal baru sebagai upaya memaksimalkan efek dari vaksin tersebut. Salah satu nya  mengetahui efektivitas kombinasi vaksin bakteri polivalen dengan vaksin anti “grouper sleepy disease iridovirus” (GSDIV). Vaksin bakteri polivalen terdiri dari tiga bakteri pato- gen yang sudah diinaktivasi, yaitu Vibrio harveyi, V. alginolyticus, dan Photobacterium leiognathi. Vaksin bakteri polivalen diaplikasikan melalui cara perendaman, sedangkan vaksin anti GSDIV diaplikasikan melalui penyuntikan intra-peritoneal pada benih kerapu, Hasil menunjukkan bahwa vaksin efektif meningkatkan imunitas ikan kerapu macan terhadap infeksi bakteri dan virus.

Penyakit vibriosis menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan dan menjadi ancaman serius bagi sektor perikanan global. Oleh karena itu, pengembangan dan aplikasi vaksin untuk penyakit Vibrio harveyi merupakan salah satu topik penelitian prioritas. Dibahas perkembangan strategi vaksinasi, seperti vaksin inaktif, vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin subunit, vaksin anti-idiotipikal, vaksin DNA, dan vaksin mRNA, serta aplikasi teknologi vaksin yang potensial. Selain itu, tantangan yang perlu diatasi adalah pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme proteksi, peningkatan efektivitas vaksin, serta keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Harapan dengan adanya tinjauan ini akan membawa manfaat bagi kesejahteraan ikan budidaya dan keberlanjutan industri perikanan.

Piscine nodavirus  sebagai penyebabVNN (Viral Nervous Necresis) dan Iridovirus adalah salah satu jenis virus yangg menjadi penyebab utama kematian ikan laut yang di budidayakan. Virus tersebut dapat menginveksi ikan dari ukuran larva sampai benih dalam skala rumah tangga ataupun seperti hachery lengkap. salah satu kendala dalam budidaya ikan laut adalah terjadinya kematian ikan akibat serangan penyakit. penelititan di lakukan untuk mengetahui efektivitas komodiatas vaksin bakteri polivalen dengan anti  “grouper sleepy disease iridovirus” (GSDIV), penelitian tersebut dilakukan selama 3 bulan dilakukan dengan penyaringan dan aerasi. hasil penelitian menunjukkan  bahwa nilai antibodi kelompok ikan yang divaksinasi  meningkat secara signifikan sering dengan lama waktu pemeliharaan. Nilai antibodi tertinggi yang diberikan perlakukan penyuntikan vaksi anti GSDIV secara tunggal yaituu selama 128 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa vaksin sangat efektif untuk meningkatkan  imunitas ikan kerapu macan terhadap infeksi  bakteri dan virus.

Vibriosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering menimbulkan tantangan dalam budidaya ikan kerapu. Untuk mengatasi masalah ini, vaksinasi telah menjadi salah satu metode yang diusulkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas vaksin bakteri polivalen dalam meningkatkan kelangsungan hidup dan resistensi ikan kerapu terhadap infeksi vibriosis. Vaksin mengandung tiga bakteri patogen utama yang sering dikaitkan dengan vibriosis: Vibrio harveyi, Vibrio alginolyticus, dan Photobacterium leiognathi. Benih ikan kerapu macan yang berukuran sekitar 6 cm direndam dalam vaksin dengan dosis 1 mL per liter air laut di hatchery. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi berhasil meningkatkan kelangsungan hidup ikan kerapu, dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 77,11% pada kelompok vaksinasi, sementara kelompok kontrol hanya mencapai 45,56%. Dengan demikian, vaksin bakteri polivalen menunjukkan potensi sebagai solusi efektif dalam pengendalian vibriosis pada budidaya ikan kerapu.

Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas unggulan budidaya ikan laut yang banyak di budidayakan oleh para pembudidayaan di Indonesia. Dikarenakan ikan ini memiliki daging yang cukup tebal. Namun seiring berjalannya waktu budidaya ikan kerapu mengalami beberapa masalah antara lain munculnya penyakit akibat terinfeksi bakteri Streptococcus pada ikan kerapu yang di budidaya.