Papers by wini trilaksani

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, Jan 16, 2024
Docosahexaenoic acid (DHA), merupakan asam lemak omega-3 pada minyak ikan yang berperan penting d... more Docosahexaenoic acid (DHA), merupakan asam lemak omega-3 pada minyak ikan yang berperan penting dalam perkembangan otak dan retina. Minyak ikan kaya DHA belum diproduksi secara massal di Indonesia. Mata tuna yang menjadi hasil samping industri perikanan dapat menjadi sumber potensial DHA dan eicosapentaenoic acid (EPA). Minyak mata tuna dengan karakteristik tinggi DHA dan polyunsaturated fatty acid (PUFA) rentan mengalami oksidasi, sehingga proses pemurnian perlu dilakukan untuk menghilangkan pengotor penyebab oksidasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perlakuan pemurnian terbaik melalui parameter mutu minyak ikan guna menghasilkan minyak mata tuna dengan penurunan pengotor yang maksimal. Minyak mata tuna diperoleh melalui ekstraksi secara sentrifugasi. Minyak yang dihasilkan selanjutnya dimurnikan dengan beberapa tingkatan perlakuan permurnian, yaitu netralisasi (N1), netralisasi bleaching (N1B1), netralisasi bleaching netralisasi (N1B1N2), dan netralisasi bleaching netralisasi bleaching (N1B1N2B2). Pemurnian menggunakan jenis adsorben yang berbeda, yakni alumina aktif 8%, arang aktif 10%, dan magnesol XL 5%. Parameter yang dianalisis meliputi asam lemak bebas (FFA), bilangan asam, bilangan peroksida, anisidin, dan total oksidasi (TOTOX). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis adsorben dan perbedaan tingkat ekstraksi berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap bilangan peroksida, bilangan anisidin, total oksidasi, asam lemak bebas dan bilangan asam. Perlakuan dengan tingkat pemurnian N1B1N2B2 dengan adsorben magnesol XL 5% merupakan perlakuan terbaik. Proses pemurnian menghasilkan penurunan paramater oksidasi mencapai 50-80% meskipun minyak yang dihasilkan masih belum sesuai standar.

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, Jan 4, 2024
Omega-3 sangat penting dalam pencegahan dampak penurunan kecerdasan. Kelemahan omega-3 sangat ren... more Omega-3 sangat penting dalam pencegahan dampak penurunan kecerdasan. Kelemahan omega-3 sangat rentan teroksidasi, sehingga diperlukan bahan tambahan yang memiliki aktivitas antioksidan. Spirulina platensis dapat diaplikasikan untuk pencegahan oksidasi omega-3 dalam bentuk sediaan kering. Tujuan penelitian ini menentukan formulasi terbaik kombinasi mikrokapsul minyak mata tuna dan S. platensis pada pembuatan tablet berdasarkan parameter fisikokimia, bilangan peroksida, dan aktivitas air. Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu ekstraksi dan mikroenkapsulasi minyak mata tuna, kultivasi S. platensis, dan formulasi tablet menggunakan metode kempa. Perlakuan formula tablet dibagi menjadi empat, yaitu F1 (mikrokapsul minyak mata tuna dan vitamin C) (300 mg: 140 mg), F2 (mikrokapsul minyak mata tuna dan kultur Spirulina) (280 mg: 160 mg), F3 (mikrokapsul minyak mata tuna dan kultur Spirulina) (300 mg: 140 mg), dan F4 (mikrokapsul minyak mata tuna dan Spirulina komersial) (300 mg: 140 mg). Hasil penelitian menunjukkan minyak mata tuna telah memenuhi standar dengan bilangan asam 0,26±0,01 mg KOH/g, nilai peroksida 4,07±0,25 meq/kg), nilai anisidin 8,21±0,15 meq/kg, dan total oksidasi 16,35±0,18 meq/kg serta efisiensi mikroenkapsulasi 91,14%. Kultur spirulina yang digunakan memenuhi standar mutu spirulina kering dengan air 9

Agrokreatif, Mar 25, 2024
Industri pengalengan rajungan di Kabupaten Pemalang telah dibangun lebih dari tiga dekade dan men... more Industri pengalengan rajungan di Kabupaten Pemalang telah dibangun lebih dari tiga dekade dan menjadi yang terbesar di Indonesia dengan 13 unit pemasakan rajungan mini-plant. Perebusan dan pengupasan merupakan aktivitas utama dan menghasilkan limbah yang besar serta mencemari lingkungan. Limbah rajungan sampai saat ini hanya dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak. Oleh karena itu, pelatihan terkait pemanfaatan limbah rajungan kepada masyarakat sangat penting. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai pengembangan produk, serta pengenalan standar untuk pengolahan hasil limbah industri rajungan kepada masyarakat. Kegiatan terdiri dari pra kegiatan, penyampaian materi inovasi dan praktik pengembangan produk dari limbah rajungan serta evaluasi kegiatan. Materi inovasi meliputi penanganan (handling) limbah industri rajungan dan potensi sebagai pangan instan, seasoning, nova ingredien serta produk non pangan. Praktik diversifikasi dan pengembangan produk dari limbah rajungan meliputi inovasi makanan ringan berbasis tradisional (tempe rajungan dan abon nabati rajungan), inovasi produk olahan khas daerah (kaktus rajungan yang mirip dengan camilan khas pemalang ogel ogel) dan produk instan serta seasoning (soup cream rajungan, petis rajungan, dan saus rajungan). Kegiatan ini menghasilkan 30% peningkatan sikap pengetahuan dan keterampilan menjadi 100%. Kreasi yang muncul terlihat dari penerimaan produk (secara sensori) dengan rating komentar sangat suka. Evaluasi pascakegiatan selama 3 bulan adalah dibentuknya kelompok pengolah dan pemasar (Poklasar) aneka olahan rajungan Gira Sari, dengan produk utama camilan untuk oleh-oleh kaktus rajungan, tempe rajungan (teraja) dan kerupuk. Kegiatan kelompok Gira Sari didampingi penyuluh setempat. Beberapa kendala alat, bahan baku yang belum standar, pengemasan, kurangnya pengetahuan strategi bisnis, analisis finasial dan lain-lain yang perlu segera dicarikan solusinya.

Biodiversitas, Dec 28, 2023
The food supplement market expects growth in demand for long-chain omega-3 fatty acids, particula... more The food supplement market expects growth in demand for long-chain omega-3 fatty acids, particularly Eicosapentaenoic Acid (EPA) and Docosahexaenoic Acid (DHA), which play crucial for brain development and can lower the chances of health issues like depression, Myocardial Infarction (MI), thromboembolism, and cardiac arrhythmias, and have antiviral effects, boosting the immune system during the pandemic. Therefore, to meet this demand, exploring new sources is crucial. Tuna eyes have emerged as a potential source of DHA; however, quality and standardized sizes pose a challenge as they are by-products. The purpose of this research was to determine how the eye size of tuna affected the quality and yield of fish oil, which is a novel source of omega-3 fatty acids. This study determined the virgin oil profile of tuna eyes, which met the quality standards. The investigation covered morphology, chemical composition, heavy metal content, oil yield and quality, fatty acid composition, and related health lipid indices (Atherogenicity Index (AI) and Thrombogenicity Index (TI)). For the size specifications, tuna eyes were classified into three groups based on their diameter, namely 'small' (<6 cm), 'medium' (6-9 cm), and 'large' (>9 cm). The results showed that eye size directly influenced the weight, fat content, and oil yield, with negligible disparity in chemical composition except for the fat content; the larger the eyes, the higher the oil yield. Tuna eye oil had a safe composition for consumption with low or undetected heavy metals, the oil's oxidative level met CODEX standards, and the fatty acid profile revealed DHA as the most abundant fatty acid, reaching 36.95%. The predominance of n-3 series values in the fatty acid composition of tuna's eye was 9-12 times greater than that of n-6 fatty acid values. The values of AI and TI were 0.33 and 0.12; 0.47 and 0.20; 0.55 and 0.20 for large, small, and medium eyes, respectively. The study highlights tuna eyes' unique characteristics and potential applications in the food supplement industry.
Inhibitor Katepsin Alami Untuk Menghambat Kemunduran Mutu Ikan Bandeng Selama Penyimpanan Suhu Dingin Natural Cathepsin Inhibitor to Inhibit Milkfish Deterioration During Chilling Storage

Media Gizi Indonesia, Dec 15, 2022
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan asupan gizi dalam... more Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini menjadi ancaman utama dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Selain itu, faktor penyebab stunting dimasyarakat dapat terlihat dari pemenuhan gizi di masyarakat Indonesia baik di pedesaan maupun perkotaan masih belum mampu memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Konsumsi protein hewani bangsa Indonesia minimal sebesar 6 kg/kapita/hari. Oleh sebab itu, diperlukan program penganekaragaman pangan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani khususnya yang bersumber dari ikan. Salah satu komoditas perikanan budidaya memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat Indonesia adalah ikan lele. Ikan lele yang bobotnya melebihi ukuran konsumsi (oversize) memililiki kendala dalam pemasarannya, sehingga mengakibatkan kerugian pada para pembudidaya. Oleh sebab itu penggunaan lele oversized sebagai bahan untuk pembuatan produk lokal berupa cendol sangat potensial untuk dikembangkan untuk meningkatkan kandungan protein. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi dessert (cendol) berbasis isolat protein basah (surimi) ikan lele. Konsentrasi surimi yang digunakan pada penelitian pendahuluan sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 60%. Produk yang dihasilkan kemudian dikaraterisasi baik secra organoleptik, kimia dan biologi. Hasil uji proksimat pada penelitian utama menunjukan bahwa semakin tinggi persentasi surimi yang digunakan semakin tinggi pula kandungan protein pada produk cendol. Hasil uji proksimat cendol komersil, dan cendol berbasis surimi dengan penambahan persentasi surimi 25%, 30%, dan 35% secara berturut-turut sebesar 1,24%, 4,13%, 4,74% dan 5,47%. Selama 8 hari penyimpanan pada suhu 6 o C terjadi kemunduran mutu produk yang terlihat dari semua parameter uji pada produk cendol.

MANAJEMEN IKM: Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, 2020
Masalah gizi pada anak usia balita masih menjadi masalah serius di beberapa kabupaten/kota di Jaw... more Masalah gizi pada anak usia balita masih menjadi masalah serius di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah. Tujuan penelitian (1) mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang memengaruhi konsumsi ikan masyarakat berpenghasilan rendah di Provinsi Jawa Tengah, (2) merumuskan strategi peningkatan konsumsi ikan masyarakat berpenghasilan rendah di Provinsi Jawa Tengah, (3) tersusunnya rencana aksi dan program peningkatan konsumsi ikan masyarakat berpenghasilan rendah di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan alat analisis strengths, weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT) dan analytical hierarchy process (AHP). Berdasarkan analisis SWOT, terdapat beberapa alternatif strategi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat berpenghasilan rendah di kabupaten Boyolali dan Demak, yaitu (1) Pelatihan dan Pendidikan Nelayan, Pembudidaya dan UKM, (2) Sosialisasi Promosi dan Sosialisasi melalui Media Cetak, Sosial, dan Elektronik, (3) Alternatif bank benih ikan untuk menjaga keberlanjutan produksi ikan dan permintaan konsumen, (4) Meningkatkan sistem distribusi dan mata rantai pengelolaan ikan dari produsen hingga konsumen akhir, (5) adanya kebijakan penetapan standar harga ikan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, serta (6) Menciptakan persaingan usaha yang sehat antara pihak swasta dan UKM. Hasil analisis AHP menemukan bahwa alternatif strategi yang menjadi prioritas utama peningkatan konsumsi ikan pada masyarakat berpenghasilan rendah adalah promosi dan sosialisasi gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) melalui media cetak, sosial, dan elektronik.
Pengembangan Sistem Manajemen Mutu Terpadu Produk Tuna (Thunnus Sp.) Ekspor: Suatu Kajian Fungsi Manajemen Mutu Dan Keamanan Produk Di Muara Baru, Dki Jakarta

The objectives of this research were to learn the process of edible film formation from surimi wa... more The objectives of this research were to learn the process of edible film formation from surimi waste water and characterization of edible film. Research was conducted in two steps, comprise recovery of protein from surimi waste water and processing of edible film. Recovery of protein was conducted in order to obtain the protein concentrate as a raw material of edible film. Processing of edible film was achieved in two step, first, to determine the pH solution creating the best edible film. The second step (as main reseach) is processing of edible film using determined pH generated from the first step combined with varies concentration of surimi waste-water concentrate.Afterward the edible film was physically and mekanically characterized.The results showed that the escalating concentration of protein concentrate causes in rising of thickness and elongation, but in the same time it reduces the tensile strength and water vapor transmission rate of edible film. By using concentration of protein concentrate as 3-4 % generated edible films which have to characteristics as follows: the viscocity of solutions 1.57-4.35 cP; the thickness of edible film were 35.2-96.47 µm; tensile strength 600.3293-336.6180 kgf/cm 2 ; elongation were 9.11-17.07 %; and water vapor transmission rate of edible film were 22.84-4.13 g/m 2 /24 hours. Nevertheless oxygen transmission rate of edible film can not be determined since the edible film was still too porous. Statistics Analysis showed that the rising of protein concentration were significantly influenced the viscocity solution, thickness, elongation, tensile strength and water vapor transmission rate of edible film.

Valorization of emperor fish (Lethrinus lentjan) skin for collagen isolation: effect of acetic acid ratio and extraction time
IOP conference series, 2023
About 30% of all the proteins in an animal’s body are found in the extracellular matrix, the majo... more About 30% of all the proteins in an animal’s body are found in the extracellular matrix, the major consisting of collagen. Industries that process emperor fish (Lethrinus lentjan) produce fish skin that can be utilized to produce collagen sustainably. The objective of this research is to determine the effect of various ratios acetic acid to fish skin and extraction times on the characteristics of collagen. Collagen from the skin of emperor fish was extracted and treated first. For the pretreatment, the skin was immersed in 0.1 M NaOH tenfold (w/v) and replaced after 2 hours for 24 hours at 4 °C. The soaking solution’s proteins, amino acids, and lipid content were all examined. A pre-treated sample was extracted in 0.5 M acetic acid for 24, 36, and 48 hours at 4°C in ratios of 1:10, 1:20, and 1:30. (w:v). The optimum treatment involved extracting for 48 hours at 1:30 (w/v) in acetic acid. The extracted collagen has a yield of 7.70±35% and a whiteness value of 66.76±0.2. The primary amino acids were glycine, proline, and alanine, according to the peptide patterns of the collagen from the skin of emperor fish, which showed α1 and α2 chains with molecular weights of 150-177 kDa. Additionally, this collagen was type 1, and its FTIR spectra and protein pattern were comparable.

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, Dec 31, 2019
Abtrak Vitreous humor merupakan bagian mata tuna yang berperan untuk menjaga kecerahan mata dan m... more Abtrak Vitreous humor merupakan bagian mata tuna yang berperan untuk menjaga kecerahan mata dan mengandung sel hyalosit serta memiliki fungsi produksi hyaluronan. Hyaluronan diduga berperan sebagai antioksidan untuk mencegah kerusakan asam lemak tidak jenuh pada mata ikan tuna oleh radikal bebas. Antioksidan hyaluronan dari vitreous humor mata ikan tuna belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak antioksidan hyaluronan yang terdapat pada vitreous humor mata ikan tuna dan menentukan karakteristik fisik dan kimianya. Ekstraksi hyaluronan dari vitreous humor mata ikan tuna terdiri dari tahap presipitasi, sentrifugasi, proses hidrolisis enzimatis, defatting, dialisis, dan pengeringan beku. Aktivitas antioksidan hyaluronan ditentukan dengan metode 1,1-difenil-2-picrylhydrazyl2,2azinobis (DPPH), 3-ethylbenzo-thiozoline-6-sulfonic acid (ABTS), dan ferric reducing antioxidant power (FRAP). Vitreous humor mata ikan tuna memiliki proporsi 31% dari mata, nilai pH 6,91±0,01, viskositas 195,56±12,86 cP, air 98,09±0,49%, dan asam amino dominan berupa asam glutamat 932,06±3,80 mg/L. Rendemen hyaluronan hasil ekstraksi dari vitreous humor mata ikan tuna berkisar 0,005±0,001%. Aktivitas antioksidan hyaluronan pada radikal DPPH yang diperoleh adalah IC 50 25,52±0,22 mg/mL, persen inhibisi hyaluronan konsentrasi 0,5 mg/mL pada radikal ABTS 1,92±0,08%, dan nilai kapasitas reduksi dengan metode FRAP 9,34±0,55 µM/g sampel. Ketiga hasil pengujian aktivitas antioksidan tersebut (DPPH, ABTS dan FRAP) mengindikasikan bahwa aktivitas antioksidan hyaluronan dari vitreous humor mata ikan tuna masih lemah Kata kunci: asam lemak tidak jenuh, ekstraksi, kapasitas reduksi, radikal ABTS , radikal DPPH Characterization and Antioxidant Activity of Hyaluronan fromVitreous Humor of Yellowfin Tuna Eye (Thunnus albacares)

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, Apr 11, 2022
Abstrak Kolagen merupakan protein jaringan ikat yang tersusun oleh asam amino glisina, prolina, a... more Abstrak Kolagen merupakan protein jaringan ikat yang tersusun oleh asam amino glisina, prolina, alanina dan hidroksiprolina, yang terdapat pada jaringan kulit, tulang, sisik, dan gelembung renang ikan. Gelembung renang ikan sebagai hasil samping industri perikanan potensial dikonversi menjadi kolagen halal. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas proses praekstraksi kombinasi NaOH dan ultrasonikasi serta penggunaan enzim papain pada proses ekstraksi terhadap karakteristik fisikokimia kolagen gelembung renang ikan tuna. Metode penelitian ini adalah praekstraksi kombinasi NaOH dan ultrasonikasi 150 menit serta perendaman selama 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, dan 24 jam, ekstraksi menggunakan enzim papain dengan konsentrasi 0, 3.500, dan 5.000 U/g dan waktu ekstraksi selama 36 dan 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses praekstraksi menggunakan ultrasonikasi 150 menit dengan perendaman selama 22 jam merupakan waktu terbaik dalam mengeliminasi protein non kolagen, dan ekstraksi menggunakan enzim papain konsentrasi 5.000 U/g dan perendaman 36 jam merupakan perlakuan terpilih terhadap derajat pengembangan kolagen. Rendemen kolagen yang diperoleh sebesar 7,01±0,4%, asam amino yang mendominasi ialah glisina, arginina dan prolina, kolagen gelembung renang ikan tuna memiliki pita protein rantai α 1 sebesar 117 kDa, rantai α 2 sebesar 107 kDa dan rantai β sebesar 244 kDa serta nilai zeta potensial sebesar 0,496 mV.

Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, Aug 30, 2016
Abstrak Gelembung renang merupakan salah satu hasil samping produk perikanan yang potensial sebag... more Abstrak Gelembung renang merupakan salah satu hasil samping produk perikanan yang potensial sebagai bahan baku kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan optimasi hidro-ekstraksi dan karakterisasi kolagen. Optimasi hidro-ekstraksi kolagen ditentukan menggunakan desain Box-behken metode respon permukaan dengan tiga variabel: konsentrasi CH 3 COOH, waktu perendaman CH 3 COOH dan waktu hidroekstraksi terhadap respon rendemen. Kolagen hasil hidro-ekstraksi dikarakterisasi berdasarkan kandungan asam amino, SDS-PAGE, FT-IR dan DSC. Hasil menunjukkan bahwa variabel konsentrasi berpengaruh secara signifikan terhadap rendemen. Kondisi ekstraksi optimal yaitu kombinasi variabel konsentrasi asam asetat 0,1 M; waktu perendaman asam asetat 1 jam dan waktu hidro ekstraksi 1 jam menghasilkan rendemen tertinggi yakni 63,35 %. Kolagen hasil ekstraksi digolongkan sebagai kolagen tipe I berdasarkan kandungan asam amino, pola elektroforesis dan spektra fourier transform infrared (FTIR). Suhu transisi gelasi kolagen yakni 67,23 o C, menunjukan kestabilan termal yang tinggi sehingga dapat diaplikasikan pada industri kosmetik dan nutrasetika.

The role of dryoprotectants on the quality of surimi powder of red tilapia
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science
Since the commercial wet surimi should be stored at frozen temperature, thus requires space and h... more Since the commercial wet surimi should be stored at frozen temperature, thus requires space and high energy consumption. Interestingly, surimi in dried powder form reveals the new prospect of relieving those drawbacks of wet surimi. However, the drying process indicates fast hydration that may affect water and protein content loss, causing a reduction of gelling capacity. To date, this study aimed to determine the right type and concentration of cryoprotectant to protect the quality of red tilapia surimi powder during its freeze-drying process. The inclusion of different cryoprotectants was obtained in the production of surimi powder, namely surimi powder with cryoprotectant blend I (4% sucrose, 4% sorbitol, 0.3% polyphosphate) (DB4), cryoprotectant blend II (8% sucrose, 8% sorbitol, 0.5% polyphosphate) (DB 8), trehalose 2 (TH2), 4 (TH4), 6 (TH6) and 8% (TH8) and as well as surimi powder without cryoprotectant as the control (WD). The generated surimi powder with various cryoprotect...

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan
Pangan lokal berbasis ikan, secara mandiri dikembangkan masyarakat untuk meningkatkan pemenuhan g... more Pangan lokal berbasis ikan, secara mandiri dikembangkan masyarakat untuk meningkatkan pemenuhan gizi pada lokasi pengungsian. Inovasi tersebut menjadi kearifan lokal akan pangan darurat dan kekayaan asli pangan rakyat. Ikan digunakan karena makanan utama masyarakat, selain kemudahan dalam memperoleh dan juga kandungan proteinnya yang tinggi. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan formula terbaik pangan darurat cookies kaya gizi dengan pengkayaan tepung ikan lele dan minyak ikan mata tuna. Penelitian meliputi pembuatan dan karakterisasi tepung ikan lele, ekstraksi dan karakterisasi minyak ikan mata tuna, serta formulasi, pembuatan dan karakterisasi pangan darurat cookies kaya gizi serta kontribusi gizi pangan darurat cookies kaya gizi yang dihasilkan. Formula terbaik dengan konsentrasi tepung ikan lele 25%. Komposisi kimia pangan darurat cookies kaya gizi terpilih meliputi kadar karbohidrat 67,51±0,05%, kadar lemak 24,72±0,30%, kadar protein 6,11±0,05%, kadar air 1,18±0,22%, dan kad...
Mercury and cadmium content in red shellfish

UNEP melaporkan bahwa jumlah volume limbah cair yang dihasilkan oleh industri rajungan yang diola... more UNEP melaporkan bahwa jumlah volume limbah cair yang dihasilkan oleh industri rajungan yang diolah secara meknis mencapai 29 44 m 3 /ton rajungan, sedangkan yang diolah secara konvensional berkisar antara 1-2 m 3 /ton rajungan. Limbah cair ini menghasilkan nilai BOD, COD dan TSS masing-masing 4400, 6300 dan 620 mg/l. Hal ini akan berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan jika “limbah” atu by product tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu perlu dicari alternatif pemanfaatan “limbah cair” industri pengolahan rajungan menjadi produk yang marketable akan dapat lebih meningkatkan nilai tambah dan sekaligus dapat mengatasi masalah-masalah pencemaran lingkungan. Salah satu produk yang bernilai ekonomis tinggi adalah flavor. Umumnya flavor di-recovery dalam bentuk cairan dengan proses evaporasi atau pembekuan. Teknologi membran reverse osmosis merupakan salah satu teknologi recovery yang hemat energi dan ramah lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk proses...

Cumi-cumi merupakan salah satu komoditas perikanan yang cukup penting setelah ikan dan udang, aka... more Cumi-cumi merupakan salah satu komoditas perikanan yang cukup penting setelah ikan dan udang, akan tetapi tidak semua jenis cumi-cumi disukai oleh masyarakat terutama yang berdaging liat dan tebal. Tekstur dan rasa yang khas serta kandungan protein yang cukup tinggi (15,6 gram / 100 gram) menjadikan cumi-cumi sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produk olahan camilan yang bergizi. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh suhu dan lama pengovenan terhadap karakteristik mutu cumi-cumi kertas, mendapatkan cumi-cumi kertas yang di sukai dan mempunyai kadar air dan aw yang rendah sehingga mempunyai daya simpan (shelf life) yang lama. Dua perlakuan diberiakan pada penelitian ini yaitu suhu pengovenan (90, 100 dan 110)o C dan lama pengovenan (23, 35, dan 45) menit. Hasil pengamatan menunjukan bahwa produk mempunyai kadar air berkisar antara 2,70%-6,24% yang terendah yaitu produk dengan perlakuan pengovenan 110oC selama 30 menit. Nilai aw berkisar anatara 0,34-0,42, yan...

Abstrak Gelembung renang merupakan salah satu hasil samping produk perikanan yang potensial sebag... more Abstrak Gelembung renang merupakan salah satu hasil samping produk perikanan yang potensial sebagai bahan baku kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan optimasi hidro-ekstraksi dan karakterisasi kolagen. Optimasi hidro-ekstraksi kolagen ditentukan menggunakan desain Box-behken metode respon permukaan dengan tiga variabel: konsentrasi CH 3 COOH, waktu perendaman CH 3 COOH dan waktu hidroekstraksi terhadap respon rendemen. Kolagen hasil hidro-ekstraksi dikarakterisasi berdasarkan kandungan asam amino, SDS-PAGE, FT-IR dan DSC. Hasil menunjukkan bahwa variabel konsentrasi berpengaruh secara signifikan terhadap rendemen. Kondisi ekstraksi optimal yaitu kombinasi variabel konsentrasi asam asetat 0,1 M; waktu perendaman asam asetat 1 jam dan waktu hidro ekstraksi 1 jam menghasilkan rendemen tertinggi yakni 63,35 %. Kolagen hasil ekstraksi digolongkan sebagai kolagen tipe I berdasarkan kandungan asam amino, pola elektroforesis dan spektra fourier transform infrared (FTIR). Suhu transisi gelasi kolagen yakni 67,23 o C, menunjukan kestabilan termal yang tinggi sehingga dapat diaplikasikan pada industri kosmetik dan nutrasetika.
Uploads
Papers by wini trilaksani