[1] Ilmu bukti (science) dapat mengacu pada dua hal, yaitu sebagai pengetahuan yang akurat (most likely to be correct) tentang dunia sejauh bukti-bukti yang ada dan sebagai proses dalam memperoleh pengetahuan yang akurat tentang dunia...
more[1] Ilmu bukti (science) dapat mengacu pada dua hal, yaitu sebagai pengetahuan yang akurat (most likely to be correct) tentang dunia sejauh bukti-bukti yang ada dan sebagai proses dalam memperoleh pengetahuan yang akurat tentang dunia sejauh bukti-bukti yang ada; [2] Ilmu bukti memiliki tiga aspek: output, tujuan, dan proses. Output dari ilmu bukti adalah pengetahuan yang akurat (most likely to be correct) tentang dunia sejauh bukti-bukti yang ada. Tujuan dari ilmu bukti adalah memperoleh pengetahuan yang akurat tentang dunia sejauh bukti-bukti yang ada. Proses ilmu bukti adalah langkah-langkah yang terarah dalam menemukan pengetahuan yang akurat tentang dunia sejauh bukti-bukti yang ada; [3] Output ilmu bukti sebagai proses dapat dirincikan menjadi tiga hal, yaitu deskripsi tentang apa yang terjadi, penjelasan terkait mengapa sesuatu dapat terjadi, dan uraian mengenai bagaimana sesuatu dapat terjadi (baik yang terjadi di masa lalu, saat ini, maupun masa depan); Tujuan ilmu bukti dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu mendeskripsikan tentang apa yang terjadi, menjelaskan terkait mengapa sesuatu dapat terjadi, dan menguraikan mengenai bagaimana sesuatu dapat terjadi (baik yang terjadi di masa lalu, saat ini, maupun di masa depan); [4] Sebagai proses, ilmu bukti adalah langkah-langkah dalam menentukan suatu kesimpulan tentang dunia (berupa deskripsi tentang apa yang terjadi dan penjelasan mengenai mengapa serta bagaimana sesuatu dapat terjadi) di mana kesimpulan tersebut harus mengacu pada bukti-bukti empiris dan logika; [5] Bukti empiris adalah bukti yang dapat diperiksa, dialami, diindera, dan diukur. Bukti empiris dapat diperoleh melalui observasi/pengataman, pengalaman, dan pengujian/eksperimen. Dalam ilmu bukti, bukti empiris ini akan menjadi dasar untuk menentukan suatu kesimpulan; [6] Kata kunci dari output ilmu bukti ada tiga, yaitu apa, mengapa, dan bagaimana. Kata kunci dari tujuan ilmu bukti ada tiga, yaitu mendeskripsikan apa, menjelaskan mengapa, dan menguraikan bagaimana. Kata kunci dari proses ilmu bukti ada dua yaitu berdasarkan bukti empiris dan sesuai dengan logika; [7] Dalam proses ilmu bukti, bukti empiris dan penyimpulan logis (penyimpulan yang sesuai dengan logika) harus terpenuhi. Jika tidak, maka kesimpulan yang telah ditentukan (berupa deskripsi tentang apa yang terjadi dan penjelasan terkait mengapa serta bagaimana sesuatu dapat terjadi) dapat tidak akurat; [8] Alasan mengapa kita harus bernalar secara saintifik (berdasarkan ilmu bukti) salah satunya karena penalaran saintifik dapat mengantarkan kita pada pengetahuan yang akurat (most likely to be correct) tentang alam semesta ini sejauh bukti-bukti yang ada. [9] "Filsafat (philosophy) adalah studi khusus yang bertujuan/berupaya untuk menjawab keraguan-keraguan (doubts) terhadap suatu pengetahuan (knowledge), yang mana keraguan-keraguan ini muncul sebagai akibat dari adanya masalah-masalah (problems) tertentu, di mana masalah-masalah ini belum termasuk dalam lingkup area penyelidikan ilmu bukti khusus (special sciences). Dengan demikian, pengidentifikasian masalah (yang menyebabkan munculnya keraguan) dan keraguan (yang disebabkan oleh adanya suatu masalah) berkenaan dengan suatu pengetahuan merupakan langkah pertama dalam menentukan definisi dari filsafat sekaligus langkah pertama dalam studi kefilsafatan."; [10] Ilmu bukti (science) mengeneralisasi fakta² dari pengamatan (observation), pengalaman (experience), dan pengujian (experiment) ke dalam hukum, teori, atau pengetahuan saintifik yang dapat diuji kembali. Filsafat memeriksa validitas argumen dan menyelidiki keakuratan, asumsi dasar, lingkup, dan batasan dari ilmu bukti; [11] Ilmu bukti (science) tumbuh dari gagasan-gagasan yang berasal dari pemahaman umum (common sense); seperti benda dan sifat-sifatnya, ruang, waktu, dan sebab-akibat. Namun, seiring berkembangnya ilmu bukti, sebagian pemahaman umum terbukti tidak akurat dalam mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana dunia ini bekerja. Makanya fundamentalnya perlu di-rekonstruksi. Nah, ini tugas filsafat.