Locational Analysis

Tugas Mata kuliah : Analisa Lokasi dan Pola Ruang
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Janthy T. Hidayat, M.Si
Penyusun
Maya Fitriani
052120002
Malela Sedayu Riarta
052121004
Nova Pauziah
052121007
Marchelitha Auliana
052121013
Nur Tita Pratiwi
052121030

sqkm just 136 sites appear in the catalogue. 3 By the early 1970s archaeologists such as Colin Renfrew were using such extensive survey statistics to suggest the equivalent of population graphs. 4 From the later 1970s however Intensive (field by field) Survey became the standard, and it soon showed a vastly denser settled landscape in sites per sqkm detected. 5 There soon followed the revolution of mapping offsite ceramic finds, revealing landscapes where sites appeared surrounded by spreads of artefacts. 6 However there now appeared a range of interpretative issues. The first was 'what is collected?' For example, site catalogues like the otherwise excellent Asea Survey could use one closely-dated sherd out of 1285 to date a particular site's occupation history. 7 The next problem: How large is the site? Does its size change over time? A popular method for estimating site size has been radial transects for density changes to find site edges. It is assumed that maximum site size can be used for all periods found there. On that basis for example, the Argolid Survey produced its chart of fluctuating site 3 W. A.

El estudio de las evidencias de industria ósea, elementos de adorno o arte mueble en el Noroeste peninsular ha gozado de muy poca atención. Las intervenciones de las últimas décadas en las cavidades de A Valiña, Valdavara 1 y Cova Eirós han permitido ampliar, aunque escasamente, el número de hallazgos. En el registro arqueológico aparecen elementos de adorno en concha, piedra o diente; azagayas decoradas en asta o hueso y pequeñas muestras de arte mueble que permiten contextualizar la esfera simbólica de los grupos del Paleolítico superior gallego. Este tipo de hallazgos recalca la plena participación de los grupos del Paleolítico superior del Noroeste, especialmente durante el Magdaleniense, en las redes de intercambio y los territorios simbólicos de la zona franco-cantábrica.

Agradeço a todos que, de um jeito ou de outro, contribuíram para que eu conseguisse desenvolver meu estudo. Chegar até aqui não foi fácil, exigiu muita paciência, força e persistência. Em especial, quero agradecer ao meu orientador, Prof. Giácomo, que tem o dom da motivação. Sua maneira de exigir empenho e dedicação me motivou muito para o estudo. Obrigada pela compreensão, paciência e sugestões. Agradeço à minha família, meu alicerce, sem ela eu não teria conseguido. Ao meu pai, Alcides, preocupado com minha dedicação excessiva, me dando força. À minha mãe, Nelci, sempre que possível me ajudando com minha filha e me dando o maior incentivo. À minha irmã Lú e meu cunhado Jonas, babás de plantão, obrigada pela força e pelas madrugadas trabalhadas. Ao meu marido, Carlos, obrigada pela compreensão, pelo carinho, pela parceria e pela ajuda constante. Não poderia deixar de mencionar meu chefe, o Cap. Torres, que foi muito compreensível com meus horários e me deu muita força. Também faço agradecimentos ao Cap. Severo pelo grande auxílio prestado. Agradeço também o pessoal da Secretaria de Segurança Pública, Cap. Polita, muito atencioso e prestimoso, assim como o Jonathan que atendeu às minhas demandas com muita dedicação, obrigada. Agradeço, ainda ao amigo Norte, pela paciência e ajuda imprescindíveis. Faço agradecimentos especiais ao amigo Marcelo Berger pela grande ajuda, força e atenção dedicada. Por fim, agradeço a Deus que me deu muita força e determinação, principalmente, nos momentos em que tive que me privar do convívio de minha filha, ainda bebezinha.

This study explores two influential location theories in the field of economic geography and spatial planning: the Central Place Theory by Walter Christaller and the location theory by August Lösch. Christaller's theory emphasizes the hierarchical structure of service centers arranged in a hexagonal spatial pattern, while Lösch offers a more dynamic approach to determining the optimal location for economic activities based on potential maximum profit. This material is intended to provide a conceptual understanding and comparison of both theories, as well as to examine their relevance and application in modern spatial analysis and regional planning.

Dalam konteks perencanaan wilayah, ruang atau spasial bukan hanya sebatas tempat, melainkan unsur penting yang mempengaruhi jalannya sistem perekonomian. Ruang memiliki potensi sebagai sumber keuntungan ekonomi dan geografis, baik melalui kemudahan aksesibilitas, ketersediaan bahan baku, maupun efisiensi biaya produksi dan transaksi. Karena itulah, muncul kebutuhan untuk melihat fenomena ekonomi tidak hanya secara statis, tetapi juga secara dinamis dan evolusioner. Pendekatan ini menempatkan ruang sebagai bagian penting dari proses pembangunan. Teori lokasi dan teori perilaku merupakan dua kerangka pemikiran utama dalam memahami distribusi aktivitas ekonomi dalam ruang dan bagaimana manusia mengambil keputusan atas lokasi tersebut. Teori lokasi merupakan cabang tertua dari ekonomi regional yang berusaha menjelaskan penyebaran aktivitas ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi mikro. Pemikiran awal mengenai teori ini dapat ditelusuri dari karya Johann Heinrich von Thünen pada tahun 1826. Dalam modelnya, Thünen menjelaskan bahwa akses ke pasar mempengaruhi jenis aktivitas pertanian berdasarkan biaya transportasi dan nilai sewa lahan. Ide ini menjadi dasar pemikiran bahwa lokasi kegiatan ekonomi sangat ditentukan oleh jarak dan efisiensi biaya. Lebih dari lima puluh tahun setelahnya, Carl Launhardt mengembangkan pendekatan terhadap lokasi industri dan wilayah pasar. Gagasan ini kemudian disempurnakan oleh Alfred Weber pada tahun 1929 melalui teori lokasi industri. Weber memperhitungkan faktor biaya transportasi, biaya tenaga kerja, dan keuntungan aglomerasi sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi optimal industri. Di sisi lain, Alfred Marshall, melalui karyanya Principles of Economics, menekankan pentingnya konsentrasi industri sejenis dalam satu wilayah, yang menghasilkan manfaat berupa efisiensi tenaga kerja, pemasok, dan pertukaran informasi antar pelaku usaha. Selain tokoh-tokoh tersebut, pemikiran mengenai lokasi juga diperluas oleh banyak ekonom dan ahli geografi lainnya yang berusaha menjelaskan pola spasial berdasarkan fungsi dan interaksi antar wilayah. Walter Christaller memperkenalkan Central Place Theory pada tahun 1933 yang menjelaskan pola lokasi permukiman dan pusat pelayanan dalam bentuk hierarki. Christaller beranggapan bahwa suatu kota pusat akan dikelilingi oleh kota-kota kecil yang berfungsi menerima dan mendistribusikan barang dan jasa. Teori ini sangat berpengaruh dalam menentukan lokasi layanan dan fasilitas umum. Sementara itu, August Lösch mengembangkan teori maksimalisasi keuntungan, menyatakan bahwa lokasi ideal bagi industri adalah lokasi yang mampu memberikan laba terbesar, bukan hanya lokasi dengan biaya produksi paling rendah seperti dalam pandangan Weber. Pemikiran serupa juga dikembangkan oleh Homer Hoyt melalui Sector Model yang menjelaskan pertumbuhan kota berdasarkan sektor-sektor pendapatan dan jalur transportasi utama. Edgar Hoover memberikan pendekatan berdasarkan harga pengiriman dan

Ruang atau lokasi memiliki pengaruh besar terhadap sistem ekonomi karena kedekatan antara berbagai aktivitas ekonomi dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi biaya, dan memberikan keuntungan seperti akses yang lebih mudah ke pasar dan bahan baku. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis ekonomi secara dinamis, bukan hanya melihatnya dari sudut pandang yang tetap. Ekonomi regional adalah studi tentang bagaimana pasar berfungsi di berbagai wilayah yang berbeda. Ada dua cabang utama dalam ekonomi regional:
Teori Lokasi: Ini membahas bagaimana dan mengapa kegiatan ekonomi memilih tempat tertentu untuk beroperasi. Misalnya, perusahaan mungkin memilih lokasi yang dekat dengan pelanggan atau sumber bahan baku untuk menghemat biaya.Teori Pertumbuhan Regional: Ini fokus pada bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi di berbagai wilayah dan bagaimana pendapatan didistribusikan di antara mereka.
Teori lokasi sangat penting dalam ekonomi regional karena membantu menjelaskan mengapa ada ketimpangan dalam distribusi aktivitas ekonomi. Misalnya, beberapa daerah mungkin memiliki lebih banyak perusahaan atau lapangan kerja dibandingkan yang lain. Ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti aglomerasi, di mana perusahaan-perusahaan berkumpul di satu tempat untuk saling mendukung, dan eksternalitas, yang merupakan efek samping dari aktivitas ekonomi yang dapat mempengaruhi daerah sekitarnya.

Perencanaan wilayah merupakan upaya strategis dalam mengatur pemanfaatan ruang guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Dalam proses ini, dua pendekatan teoritis yang sangat penting adalah teori lokasi dan teori behaviour. Teori lokasi fokus pada bagaimana dan mengapa aktivitas ekonomi serta sosial tersebar dalam ruang geografis tertentu, sedangkan teori behaviour menekankan pada aspek perilaku dan keputusan subjektif individu dalam menanggapi ruang. Keputusan mengenai pemilihan lokasi suatu aktivitas tidak hanya ditentukan oleh efisiensi biaya atau jarak fisik, tetapi juga oleh preferensi, persepsi, serta keterbatasan informasi yang dimiliki pelaku. Oleh karena itu, memahami kedua teori ini secara bersamaan sangatlah penting untuk merancang tata ruang yang adaptif, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Esai ini bertujuan untuk menguraikan pemikiran utama dari teori lokasi dan teori behaviour, serta meninjau perannya dalam perencanaan wilayah.

Buku yang membahas tentang pengembangan wilayah ini menarik untuk dibaca dengan gaya bahasa yang dapat dipahami. Dari konsep dan teori diuraika memberikan pemahaman tersendiri dalam setiap bab dijelaskannya. Bab-bab yang dibahas dalam buku ini, tentang demensi wilayah, konsep wilayah dan tata ruang ekonomi, lintas pemikiran pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, teori pertumbuhan wilayah serta teori-teori beberapa ahli yang berkaitan dengan pengembangan wilayah. Banyak hal menarik dalam buku ini yang dibahas secara ringkas dan terdapat beberapa pemikiran yang berkaitan dengan pengembangan wilayah. Hal-hal menarik yang akan dijadikan catatan dalam review. Demensi wilayah merupakan factor yang harus diperhitungkan dalam menganalisis dan menentukan suatu program atau proyek diletakkan dalam suatu perencanaan

Este artigo tem como objetivo contribuir para a discussão teórica entre a causa do crime a partir de indicadores socioeconômicos. Para tal, será analisada a relação entre o indicador desemprego na Região Metropolitana de Belo Horizonte, no ano de 2012 a 2019, com os crimes de furtos, roubos e homicídios na região. O método utilizado para relacionar as variáveis se baseou na correlação linear de Pearson com o intuito de determinar a intensidade da relação entre as variáveis. Os resultados encontrados neste estudo indicam que há uma relação positiva entre desemprego e taxa de roubos e de furtos, por outro lado, o crime de homicídio tem uma relação negativa com o indicador desemprego. Além disso, a inferência mostra que a correlação entre esses fatores é mais forte no crime de furtos e entre os jovens

This paper aims to prove theoretically about theory of location in the development of traditional markets. Studies and research on traditional markets development site selection has been done and it will be presented and analyzed so found some factors to consider in selecting the location of the establishment of a traditional market. The writing will begin with the development of location theory put forward by some experts and theoretical basis used in determining the location of development of traditional markets, namely the Market Area location theory propounded by August Losch in 1944. Many expressed writings of some journals will be used as the main reference to describe location theory in the development of traditional markets. One of the things that guide in the selection of the construction site of the traditional markets should be established in crowded locations and spacious. The establishment of the market at a location no trading activity, it is very difficult to expect t...

La Edad del Hierro (ss. VIII-II a.n.e.) se caracteriza por presentar un tipo de poblamiento cuyos elementos más significativos son los sistemas defensivos. Estas manifestaciones materiales son las que han suscitado un mayor interés en la tradición investigadora, generando estudios que, en la zona de las cuencas hidrográficas del Alto-Medio Ebro y el Alto Duero, han sido mayoritariamente de carácter cualitativo, ofreciendo diversas perspectivas interpretativas. Siguiendo propuestas metodológicas planteadas para otras áreas, y haciendo uso de métodos no invasivos y análisis geoespaciales, este trabajo ofrece una primera aproximación cuantitativa y sistemática a estos paisajes fortificados. El objetivo es analizar las preferencias locacionales y las variables materiales observables en las manifestaciones arquitectónicas de sus sistemas defensivos. Los resultados obtenidos, con un carácter exploratorio, han permitido la identificación de tendencias diacrónicas diferenciadas, así como ilustrar el potencial que los estudios analíticos y cuantitativos tienen para realizar aproximaciones interpretativas de las sociedades de la Edad del Hierro.

Systems (GIS) a complete gazetteer with source information for each town, including size, public buildings, coinage if minting, official status and preceding history. One of the main aims was the most accurate map of cities for the period around 200 AD. There had been partial attempts at such a map, for example Norman Pounds' illustration of official Early Imperial cities for the provinces of the north Mediterranean and Western Europe. 1 Pre-existing dense urbanisation in the Greek world, the Eastern Adriatic, Central Italian and South Iberian regions clearly affect the subsequent Roman network of cities. A far more ambitious project was a single-handed gazetteer by John Hanson, which appeared as recently as 2016. 2 There are now far more cities, but the same image of localized dense zones appears. Hanson's total between 100 and 300 AD came to 1350-1362 official cities. Our European Project is now able to display a map which naturally benefits from using a large team rather than a single researcher (Taf. 11,1). The provisional number of official cities now comes to 2389 (the Project results are still being analysed and updated). Hanson was able to find just 57 % of the official cities we have now documented. This was just one if key result of the ERC project, just how many self-governing cities at the minimum existed in the High Empire. However the Project had far deeper aims. Firstly to examine the distribution of these cities in each province and trace its evolution from Pre-Imperial times. Next to analyse how the Roman urban

This paper addresses the sensor placement problem associated with monitoring spatial phenomena, where mobile sensors are located on the optimal sampling paths yielding a lower prediction error. It is proposed that the spatial phenomenon to be monitored is modeled using a Gaussian Process and a variance based density function is employed to develop an expected-value function. A locational optimization based effective algorithm is employed to solve the resulting minimization of the expectedvalue function. We designed a mutual information based strategy to select the most informative subset of measurements effectively with low computational time. Our experimental results on realworld datasets have verified the superiority of the proposed approach.

La finalidad de este trabajo es destacar la importancia de la planeación territorial para el aprovechamiento sustentable de los yacimientos pétreos con que cuenta el estado de Veracruz, el cual ocupa el primer lugar a nivel nacional de acuerdo con el Inventario Nacional de Bancos de Materiales1 (INBM) 2011/2012 de la Secretaría de Comunicaciones y Transportes (SCT). Los bancos de materiales son aquellos yacimientos geológicos de materiales indispensables para la construcción, mantenimiento y modernización de la infraestructura básica: comunicaciones,  transportes, hidráulica y eléctrica, infraestructura social: instalaciones para suministrar servicios a la población y habitacional, e  infraestructura: productiva obras destinadas a la producción y comercialización de bienes y servicios.

La finalidad de este trabajo es destacar la importancia de la planeación territorial para el aprovechamiento sustentable de los yacimientos pétreos con que cuenta el estado de Veracruz, el cual ocupa el primer lugar a nivel nacional de acuerdo con el Inventario Nacional de Bancos de Materiales1 (INBM) 2011/2012 de la Secretaría de Comunicaciones y Transportes (SCT). Los bancos de materiales son aquellos yacimientos geológicos de materiales indispensables para la construcción, mantenimiento y modernización de la infraestructura básica: comunicaciones,  transportes, hidráulica y eléctrica, infraestructura social: instalaciones para suministrar servicios a la población y habitacional, e  infraestructura: productiva obras destinadas a la producción y comercialización de bienes y servicios.

One of the most important aspects of regional as well as economic geography is determining the location of industries, which is the oldest subject of economic geography. In the past, many geographers and economists have given various theoretical insights about the location of industries: among them Hoover, Rawstron, Weber, Christaller, Losch, and Isard are popular. Hoover, Weber, Rawstron, and Fitter emphasized the least cost factor in the industrial location, on the other hand, Losch and Isard talked about profit maximization and the principle of substitution. In the 1990s, with Krugman's New Economic Geography, the concept of the location of industry was redefined. He emphasized the importance of spatial aspects of the economy and transportation for industrial locations. He also discussed the urban agglomeration for industrial locations on a small scale based on Marshallian external economies. Many researchers have used the concept of this theory to explain the location of any industry. Among different manufacturing industries food processing industry is one of the most important and distinctive industries in West Bengal, and the food park is an extended part of this industry. Our purpose in this paper is to discuss the applicability of Krugman's theory for the location of food parks with special reference to Sankrail food park. In this paper, we used the mixed method, which includes both qualitative and quantitative techniques. It is observed that pure external economies, a good transportation system, large market size, spatial agglomeration, and good political economy contributed to the formation of this food park in the semi-urban part of Sankrail. However, all factors (technology spillover, knowledge spillover) of Krugman's theory are not fully applicable in the case of this Food Park.

Sofia Fashion merupakan sebuah bisnis yang bergerak dibidang penjualan pakaian, dan accesories wanita yang ada di kota Semarang yang telah berjalan lebih dari 2 tahun. Guna mengembangkan bisnisnya Sofia Fashion akan melakukan pembukaan cabang baru guna lebih mendekatkan diri dan menjaga ketersediaan barang bagi para pelanggannya. Untuk mencari suatu lokasi guna mendirikan sebuah usaha agar dapat bermanfaat bagi kemajuan usaha tersebut diperlukan pemanfaatan teknologi komputer untuk membantu dalam pengambilan keputusan dalam pembukaan cabang Sofia Fashion. Dari kebutuhan akan sistem pendukung keputusan tersebut dibangun suatu sistem pendukung keputusan untuk membantu Sofia Fashion dalam melakukan analisa lokasi. Penghitungan sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode gap kompetensi profile matching dengan kriteria yang diperhitungkan yaitu luas tanah, harga sewa, kompetitor, serta frekuensi. Dengan sistem ini dapat dilakukan pendataan lokasi, pendataan survei, dan pendataan an...

In this study we use geographic information systems (GIS) and computational intelligence for geomarketing analysis. GIS technology off ers a powerful set of tools for the input, management, and output of data, whereas computational intelligence is used for the analysis and the clustering of data by the use of unsupervised fuzzy clustering and the Gustafson-Kessel algorithm. The advantage of fuzzy geomarketing segmentation is that a customer is not assigned exclusively to one segment only, but rather with a membership value to each cluster. The proposed methodology is applied to the metropolitan area of Athens, Greece. A dataset describes 130 demographic, lifestyle, and economy variables, and the results are analysed and discussed.

This project will develop (a) design theory and method for planning hybrid (discrete, continuous) power system controllers, and (b) economic systems, applicable to power system energy markets, for recovering and allocating costs of design and installation of such controllers. Discrete-event system theory and integer programming optimization methods will be used in the control design. The economic thrust will draw on the theory of public economics to determine the level and manner of regulation necessary to provide an appropriate amount of control. The impact of additional control on locational marginal prices will be studied to determine value of the control. These approaches will be illustrated using 3 testbeds, with the most evolved being a 6000 bus model of the western US. A new undergraduate course will be developed that links economics, control, and power systems issues addressed; this course will be accessible to ISU EE and Economics students.

O artigo discute o crime patrimonial na modalidade do roubo de cargas. Analisa as dinâmicas criminais em que está inserido, assim como as respostas institucionais e empresariais para controlá-lo. Aborda o roubo de cargas como expressão das zonas cinzentas que se estabelecem entre o lícito e ilícito, entre o público e o privado. Descreve as duas principais tipologias desse crime: os praticados “na loca” e os especializados. Aborda a participação de grupos criminosos organizados nessa modalidade de crime. Discute ainda a figura relevante nessa modalidade criminosa que é o receptador. O argumento central do artigo é que o crime de roubo de cargas por afetar os interesses de corporações econômicas, promove uma articulação destas com os setores públicos, sobretudo a polícia com vistas à sua contenção. A Intervenção Militar na Segurança Pública no Rio de Janeiro, em 2018, expressa essa mobilização de corporações junto às esferas governamentais de forma a promover uma ação de grande enverg...

This paper addresses the sensor placement problem associated with monitoring spatial phenomena, where mobile sensors are located on the optimal sampling paths yielding a lower prediction error. It is proposed that the spatial phenomenon to be monitored is modeled using a Gaussian Process and a variance based density function is employed to develop an expected-value function. A locational optimization based effective algorithm is employed to solve the resulting minimization of the expectedvalue function. We designed a mutual information based strategy to select the most informative subset of measurements effectively with low computational time. Our experimental results on realworld datasets have verified the superiority of the proposed approach.

This paper addresses the sensor placement problem associated with monitoring spatial phenomena, where mobile sensors are located on the optimal sampling paths yielding a lower prediction error. It is proposed that the spatial phenomenon to be monitored is modeled using a Gaussian Process and a variance based density function is employed to develop an expected-value function. A locational optimization based effective algorithm is employed to solve the resulting minimization of the expectedvalue function. We designed a mutual information based strategy to select the most informative subset of measurements effectively with low computational time. Our experimental results on realworld datasets have verified the superiority of the proposed approach.

to study the demographic profile of victims. The results of four logistic regressions showed that the feeling of insecurity is positively related to victimization, furthermore, when demographic variables are included in the model (gender, education, age and Major Regions) as predictors of the feeling of insecurity, there are interesting effects. Still, we emphasize that the results indicate that the feeling of insecurity should not be interpreted as an irrational or unreasonable response, but as a reaction to the beliefs of danger.

Tingginya kebutuhan akan tempat tinggal menjadi salah satu faktor munculnya kawasan perumahan di daerah pinggiran kota. Kebutuhan akan perumahan ini juga diikuti dengan semakin kompetitifnya para developer dalam menyediakan fasilitas umum dan sosial pada perumahan yang mereka rencanakan guna memberikan kepuasan serta mendukung kualitas hidup penghuni perumahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepuasan penghuni terhadap ketersediaan fasilitas yang ada pada perumahan di Kecamatan Medan Johor. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui survei dengan menyebarkan kuesioner kepada para penghuni perumahan di Kecamatan Medan Johor. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, dimana distribusi frekuensi digunakan untuk menganalisa tingkat kepuasan penghuni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penghuni perumahan pada umumnya merasa puas terhadap fasilitas yang disediakan oleh pihak developer, hal ini ditunjukkan de...

Theoretical developments are needed to interpret the increasing amount of large-scale spatial data about past settlements. So far, settlement patterns have mostly been considered as passive imprints of past human activities and most theories are limited to ecological processes. Locational and spatial interactions have scarcely been included as long-term driving forces of settlement systems but hold promise to explain large-scale patterns. This paper proposes a conceptual model for long-term spatial adaptive settlement systems based on the complex adaptive systems framework and both spatial and cross-scale interactions. The goal of the model is to find new ways of interpreting archaeological location data and understand settlement systems as emerging from microchoices of population units interacting in space. The conceptualisation is carried out on a level that it can be used to bridge hunter-gatherer and urban theories. We first describe settlement patterns based on concepts from archaeological locational studies and socialecological systems. Second, we identify the abstract spatial and aspatial entities of the system and describe the potential relations between them. Using knowledge from previous research, we then map both empirically observable and abstract system entities and predict links between them in order to come up with an overarching conceptual framework. The system is based on residential choice mechanisms and exposes several crossscale feedback loops between the micro-level choices and the settlement system emerging at the meso-level. We finally argue that the proposed adaptive settlement system framework has the potential to bring new insights into long-term processes, especially through dynamic spatial simulation, and at the same time, provides an interpretational framework for archaeological records and empirical spatial analysis. Examples of its applications in archaeological research are introduced.

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul "Penentuan Lokasi Pusat Distribusi Produk Fast Moving Consumer Goods Pada PT. Unilever Indonesia, Tbk Cabang Malang" ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M.) pada program studi Magister Manajemen di Universitas Muhammadiyah Malang. Oleh karena itu Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para pembimbing : Dr. Rohmat Dwi Jatmiko, MM dan Bapak Dr. Marsudi, MM. Dimana di tengah-tengah kesibukannya masih tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan Tesis ini. Perkenankanlah juga, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian studi ini, kepada:

The use of covering models in military operations is a key issue which can significantly affect decision making in several military scenarios concerning the formulation of the best military structure. In this paper we concentrate on the well known Maximal Coverage Location Problem in combination with the Back Up Coverage Location Problem and demonstrate that using the above covering models in order to formulate the best military structure can lead to excellent covering results. We propose the above models based on the notion of coverage and exploit the capabilities of Geographic Information Systems in order to better formulate, solve and visualize the problem of the best military coverage structure. Results of an empirical study indicate that the proposed models can provide optimal coverage structure and thus must be used extensively in military operations.

The representation of demand is a key issue which can significantly affect results in several demand covering models. In this paper we concentrate on the well known Maximal Coverage Location Problem and introduce a new parametrical object oriented approach for the discretization process so as to demonstrate that alternative representations of the demand space during the discertization process may lead to largely fluctuating as well as misleading results which seriously overestimate or underestimate the real coverage achieved by a specified number of servers. The new parametrical object oriented approach is based on the notions of data abstraction, encapsulation, polymorphism and inheritance and exploits the capabilities of Geographic Information Systems so as to create flexibility during the representation of demand. Furthermore we modify MCLP so as to work more efficiently with the new discertization process using exclusively objects and not characteristics like distance. Results of an empirical study indicate that the combination of the new object oriented approach with the modified MCLP is an alternative way so as not to create overestimation or underestimation and that there is absolutely no difference between the real (actual) coverage that can be verified using ArcGIS tools and the reported coverage, given by the solution of each integer problem.

Fasilitias pelayanan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan karena bertujuan untuk memberikan pelayanan seluas-luasnya di berbagai lapisan masyarakat. Aksesibilitas masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan merupakan aspek dari akses geografis, dimana jarak, waktu tempuh, prasarana jalan dan jenis transportasi menjadi tolak ukurnya. Ketersediaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Alambarajo dapat dianalisis lebih mendalam untuk mengetahui apakah persebarannya telah optimal. Oleh karena itu dilakukan Pemetaan Aksesibilitas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertujuan untuk melihat persebaran dan ketersedian sarana pelayanan kesehatan di Kelurahan Bagan Pete Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif eksploratif yang dianalisis secara univariat menggunakan analisis spasial. Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2023 di kelurahan Bagan Pete Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi. Dari hasil pemetaan yang dilakukan diketahui bahwa tidak ada fasilitas kesehatan yang terdapat di kelurahan Bagan Pete dari 7 unit fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Alam Barajo. Sehingga stakeholder atau pihak berwenang yang terkait dapat melakukan dan mempertimbangkan pendistribusian FKTP ataupun pengadaan fasilitas kesehatan di Kelurahan Bagan Pete dengan 3 titik koordinat rekomendasi yang didapat selama penelitian.

Penyimpanan barang jadi merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan oleh sebuah perusahaan baik manufaktur offline ataupun online. Permasalahan yang sering terjadi adalah kurang luas dan kurang memadai lokasi gudang penyimpanan barang jadi. Permasalahan ini juga terdapat dalam kegiatan penyimpanan barang jadi di Expedisi pengiriman. Kondisi gudang yang awalnya kurang efisien dikarenakan lokasi gudang yang kurang luas, tidak adanya peralatan safety dan juga daerah yang rawan terjadi banjir. Tujuan yang ingin dicapai memilih lokasi gudang yang optimal dari beberapa alternatif yang sudah ada. Metode yang digunakan adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengembangkan hierarki pemilihan lokasi pusat logistik. Variabel penelitian dengan menggunakan kriteria-kriteria antara lain jarak, biaya, fasilitas, posisi geografis dan luas gudang. Hasil pengolahan data menghasilkan nilai bobot kriteria tertinggi sebesar 0.3228 yaitu luas gudang dan bobot kriteria terkecil sebesar 0.0417 yaitu kriteria biaya. selain itu juga dihasilkan bobot dari alteratif pengerjaan nilai tertinggi sebesar 0.4085 pada alternatif pergudangan SPILL dan nilai terkecil 0.2749 pada alternatif Rungkut Industri.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut, menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang. Seberapa besar kesejahteraan tersebut dapat dilihat dari harga sewa rumah yang ditawarkan oleh orang tersebut. Ketika individu tersebut mampu menyewakan rumah, maka individu tersebut dianggap memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan akan rumah. Secara tidak langsung, jika harga sewa rumah di suatu lingkungan atau daerah tertentu murah, maka orang yang menyewakan rumah tersebut ABSTRAK Pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup tinggi mendorong masyarakat untuk melakukan urbanisasi yang membuat daerah perkotaan (urban area) berkembang pesat dan menimbulkan aglomerasi perkotaan serta ikut mempengaruhi perkembangan pembangunan perumahan dan harganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga sewa rumah di area aglomerasi Yogyakarta yang terdiri dari karakteristik rumah tangga, karakteristik rumah, dan karakteristik spasial tempat tinggal. Data yang digunakan berasal dari survei rumah tangga mengenai konsumsi energi dan pemilihan moda dari anggota rumah tangga yang dilakukan di Provinsi Yogyakarta pada awal tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode Hedonic Price dengan Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan, pengeluaran untuk energi, luas bangunan rumah, jenis lantai keramik, jenis lantai kayu, jenis atap genteng, jarak rumah dengan halte, jarak rumah dengan CBD berpengaruh terhadap harga sewa rumah.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut, menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang. Seberapa besar kesejahteraan tersebut dapat dilihat dari harga sewa rumah yang ditawarkan oleh orang tersebut. Ketika individu tersebut mampu menyewakan rumah, maka individu tersebut dianggap memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan akan rumah. Secara tidak langsung, jika harga sewa rumah di suatu lingkungan atau daerah tertentu murah, maka orang yang menyewakan rumah tersebut ABSTRAK Pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup tinggi mendorong masyarakat untuk melakukan urbanisasi yang membuat daerah perkotaan (urban area) berkembang pesat dan menimbulkan aglomerasi perkotaan serta ikut mempengaruhi perkembangan pembangunan perumahan dan harganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga sewa rumah di area aglomerasi Yogyakarta yang terdiri dari karakteristik rumah tangga, karakteristik rumah, dan karakteristik spasial tempat tinggal. Data yang digunakan berasal dari survei rumah tangga mengenai konsumsi energi dan pemilihan moda dari anggota rumah tangga yang dilakukan di Provinsi Yogyakarta pada awal tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode Hedonic Price dengan Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan, pengeluaran untuk energi, luas bangunan rumah, jenis lantai keramik, jenis lantai kayu, jenis atap genteng, jarak rumah dengan halte, jarak rumah dengan CBD berpengaruh terhadap harga sewa rumah.

nasional melalui upaya-upaya peningkatan seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan terus meningkatkan kesejahteraan secara adil dan merata. Fenomena semakin ketatnya persaingan di era globalisasi, seperti EAC memaksa masing-masing pemerintah daerah Jawa Timur agar mampu mengembangkan potensi wilayahnya dan menerapkan strategi ekonomi yang baik sehingga mampu bersaing pada pasar global.Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada karakteristik daerah (endogenous development), dengan memanfaatkan potensi-potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor ekonomi yang potensial (key sector) menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi yang menjadi basis di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur untuk selanjutnya dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah dalam mengoptimalkan potensi daerah sehingga ...

Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

The construction of subsidized housing in Langsa City has increased, yet it fails to bridge the gap between housing demand and supply, especially in metropolitan areas. To ensure the development of subsidized housing benefits the community, careful attention is required. This study aimed to identify the most suitable area for subsidized housing and its requirements in Langsa City. Using the Analytical Hierarchy Process (AHP), the study assessed five criteria: accessibility, facilities and infrastructure, environmental conditions, buildings, and subsidized house prices. The AHP findings achieved a consistent index of 7%, meeting the required threshold. Results revealed that accessibility holds the highest weight (0.33), followed by facilities and infrastructure (0.20), environmental conditions (0.19), building conditions (0.17), and house prices (0.11). This highlights accessibility as a significant factor in purchasing subsidized housing in Langsa City. Langsa Barat District emerged...

Pemenuhan kebutuhan perumahan layak bagi masyarakat menengah kebawah dan pembangunan perumahan vertikal menjadi sangat penting dalam mengurangi kepadatan. The Modern Golf Apartement menjadi apartemen bersubsidi pertama yang dibangun di kota Tangerang dengan statusnya yang bersubsidi memiliki daya tarik tersendiri bagi para penghuni untuk tinggal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui preferensi dan tujuan penghuni untuk tinggal di apartemen bersubsidi The Modern Golf. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik sampling stratified random sampling. Berdasarkan analisis, diketahui bahwa faktor penghuni tinggal di apartemen bersubsidi The Modern Golf yang memiliki preferensi paling tinggi berdasakan nilai rata-ratanya yaitu faktor kemudahan aksesibilitas menuju sarana perdagangan dengan nilai rata-rata 4,63. Hal ini diperkuat dengan adanya berbagai jenis sarana perdagangan yang dapat memudahkan penghuni untuk memen...

Large and local retailers' competition for customer patronage in emerging markets has received limited attention. One main discussion when analysing emerging markets is the role of large retailers and local companies. In many situations small retailers are the only option for consumers, as large retailers have not reached low-income communities. In the Brazilian context, data from two locations with different profiles has been analysed using the Bayesian estimation probit to determine store patronage. Results show that local retailers have a competitive advantage based on functional and emotional attributes.

Kekayaan sumber daya alam di Indonesia begitu melimpah, baik di darat maupun perairan yang menjadi penggerak ekonomi di tingkat daerah hingga nasional. Salah satu provinsi yang menyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) terbanyak adalah Jawa Barat (14,17 persen). Sebanyak 33,88 persen PDRB Jawa Barat berasal dari wilayah pantura yang terdiri atas Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, dan Kota Cirebon. Pantura Jawa Barat dikenal sebagai wilayah sentra pertanian, kehutanan, dan perikanan serta pertambangan dan penggalian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi optimalisasi berbagai sektor yang bertumpu pada sumber daya alam darat dan perairan di Pantura Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto dengan menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 hingga 2015 yang dianalisis menggunakan ‘multiplier effect‘ model Tiebout (dengan ‘Locational Quotient‘ atau LQ), Model Rasio Pe...

Peningkatan kebutuhan perumahan di Surabaya tidak hanya disebabkan oleh aktivitas perdagangan, jasa, perkantoran, dan perindustriannya, tetapi juga karena peningkatan pertumbuhan penduduk kota, sehingga diperlukannya perumahan yang representatif. Namun akibat keterbatasan lahan, maka pemerintah Kota Surabaya menanggapi dengan membuka peluang lebar dalam pengembangan bisnis apartemen dengan cara memberikan kemudahan perijinan pembangunan. Hal ini mendorong pembangunan apartemen oleh pengembang seiring dengan permintaan pasar yang meningkat. Belum adanya peraturan khusus mengenai pembangunan apartemen menyebabkan apartemen tumbuh secara acak. Padahal, lokasi pembangunan apartemen sangat penting agar tidak terjadi penumpukan yang dapat menimbulkan lapisan dimensi tata bangunan dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola pemilihan lokasi apartemen di Surabaya berdasarkan sudut pandang pengembang. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan faktor pemilihan lokasi pembangunan apartemen dengan menggunakan metode studi literatur. Kemudian, langkah kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan faktor lokasi yang paling mempengaruhi pengembang dalam memilih sebuah lokasi pembangunan apartemen di Surabaya. Metode yang digunakan untuk mencapai tahapan kedua adalah analisa deskriptif dan analisa faktor. Dari analisa deskriptif yang dilakukan, diketahui tendensi pengembang dalam memilih lokasi pembangunan apartemen yaitu pengembang cenderung mementingkan status lahan, zoning, strategi perusahaan, permintaan dan penawaran, fasilitas umum, harga lahan, dokumen perencanaan kota, kota mandiri dan kemampuan yang dimiliki pengembang. Namun, untuk dapat menyimpulkan suatu pola pemilihan lokasi pembangunan apartemen, dilakukanlah analisa faktor. Dari Hasil analisa faktor diperoleh empat kelompok faktor baru yang mempengaruhi pengembang dalam memilih lokasi apartemen yaitu terdiri dari faktor pelayanan dan peraturan kepemerintahan yang dimana merupakan faktor terpenting, dikuti oleh faktor kepemilikan lahan dan kemampuan pengembang, faktor tingkat harga lahan dan lingkungan, dan faktor kestrategisan lokasi. Sehingga pemangku kepentingan pembangunan apartemen dalam memilih lokasi, dapat disarankan untuk mempertimbangkan keempat faktor penting tersebut diatas.

Pasar rakyat di Kecamatan Sungai Raya menimbulkan adanya kemacetan lalu lintas dan sebagian lainnya berada pada lokasi yang tidak ramai. Efisiensi dan optimalisasi pasar rakyat merupakan kajian yang perlu dibahas karena dalam pemilihan lokasi sebaiknya didirikan pada tempat yang sesuai. Penelitian ini bertujuan agar teranalisisnya kesesuaian lokasi pasar rakyat dan perilaku konsumen di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Pendekatan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik analisis tetangga terdekat, distribusi frekuensi, buffering, dan skoring. Hasil penelitian menunjukkan pola lokasi pasar rakyat di Kecamatan Sungai Raya adalah tersebar secara acak mengikuti sebaran permukiman. Pasar rakyat dibagi atas klasifikasi berdasarkan luas dan kapasitas pedagang yaitu minimal C-IV pada Pasar Melati. Klasifikasi pasar rakyat D-IV yang memiliki luas lahan serta kapasitas dagang lebih kecil dimiliki oleh pasar rakyat Sejati Parit Baru, Arteri Kapuas, Sejati Parit Haji Muksin...

Penilaian terhadap kualitas layanan tidak dapat dilakukan dengan mudah hall ini karena sifat dari layanan itu sendiri bersifat intangible (tidak nyata). Sesuai dengan sifatnya yang kasat mata, penilaian terhadap kualitas layanan menjadi sulit untuk dilakukan. Kualitas layanan hanya dapat diukur dengan menggunakan suatu metode tertentu yang telah dirancang khusus sesuai dengan sifat jasa/layanan. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan layanan/jasa retail adalah metode Retail Service Quality. dan Analytic Hierarchy Process. Metode ini dirancang sesuai dengan karakteristik sifat dari jasa/layanan. Sedangkan Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah multikriteria yang menggabungkan pertimbangan, penilaian yang logis, pengetahuan dan pengalaman dari pembuat keputusan, sehingga metode AHP dapat digunakan untuk pemecahan masalah diberbagai bidang. Aplikasi ini mampu memberikan kemudahan dalam pengukuran tingkat kualitas jasa/layanan perusahaan maupun toko retail. Diharapkan pihak manager perusahaan atau toko dapat bertindak sesuai dengan hasil yang didapatkan guna peningkatan kualitas pelayanan kepada pelanggan.

This paper aims to prove theoretically about theory of location in the development of traditional markets. Studies and research on traditional markets development site selection has been done and it will be presented and analyzed so found some factors to consider in selecting the location of the establishment of a traditional market. The writing will begin with the development of location theory put forward by some experts and theoretical basis used in determining the location of development of traditional markets, namely the Market Area location theory propounded by August Losch in 1944. Many expressed writings of some journals will be used as the main reference to describe location theory in the development of traditional markets. One of the things that guide in the selection of the construction site of the traditional markets should be established in crowded locations and spacious. The establishment of the market at a location no trading activity, it is very difficult to expect to be visited by the public. While the number of population, per capita income, income distribution, agglomeration and government policies also affect the determination of the location of an activity.