Kado paradigma
2020, Kado paradigma
…
1 page
1 file
Sign up for access to the world's latest research
Abstract
Jalinan kata perjalanan batin. Diksi pilihan nurani. Puisi—suara kedalaman tak terucap lisan.
Related papers
Al-Riwayah: Jurnal Kependidikan, 2023
For Muslims, making the Al-Qur'an an inspiration and paradigm in realizing or designing education is not something that is utopian and excessive, in fact it is a necessity considering that the Al-Qur'an is the main source and also a reference base in the formulation of Islamic law. As a paradigm, this will be realized in a framework that will become a benchmark for the extent to which the spirit and message of the Al-Qur'an are realized in pursuing Islamic education. The Qur'an as a guide for mankind has universal and eternal value. The universality of the Qur'an means that it does not recognize territorial boundaries and human barriers. Meanwhile, its eternality makes it able to go hand in hand with the spirit of the times that surrounds it. Therefore, with these two characteristics, the general principles enshrined in the Koran will always be felt to be beneficial to mankind, as long as they are willing to carry out careful and comprehensive studies of the verses spread across the 114 letters. Efforts to understand the messages of the Qur'an in the distribution of its verses are the essence of interpretation, so that from art it can be understood how urgent the interpretation of the Qur'an is.
1. Mempertimbangkan kebutuhan stakeholder Gambar Stakeholder Model diambil dari buku Corporate Reputation and Competitiveness hal 59 2. Unsur -unsur utama dari reputasi saling berkaitan 3. Reputasi diciptakan dari beberapa interaksi 4. Reputasi adalah hal yang sangat berharga dan memiliki nilai 5. Reputasi dapat dikelola Reputasi pada dasarnya merupakan pendekatan komunikasi yang dilandasi oleh sebuah pemikiran positif tentang kegalauan lingkungan dan ketidakpastian masa depan, karena pada dasarnya reputasi adalah hasil tindakan penyehatan hidup agar terhindar dari krisis. Dengan demikian, konsep reputasi sebenarnya merupakan antitesis dari krisis. Konsep krisis-sebagaimana dapat dibaca dari paparan-paparan literatur yang kaya-hanya dapat difahami dengan mengasumsikan adanya rencana kontigensi (contingency plan). Rencana kontigensi adalah kelengkapan dari manajemen strategik organisasi. Tanpa asumsi tersebut, krisis tidak mungkin difahami karena tidak ada landasan kesadaran dan pengetahuan tentang lingkungan. Buku The Crisis Manager: Facing Risk and Responsibility, buku induk untuk manajemen krisis karya Otto Lerbinger (1997), misalnya, dengan tegas menjelaskan bahwa di dalam krisis hanya dapat ditangani secara memadai bila organisasi memiliki sebuah 'strategic management plan' yang lengkap. Di 'era yang penuh krisis ini'
1. Makalah ini merupakan pengembangan dari ide yang pernah digagas oleh penulis dalam salah satu harian surat kabar di Banda Aceh tentang Menggagas Paradigma Keilmuan UIN Ar-Raniry. 2 Ihwal perubahan IAIN Ar-Raniry ke UIN Ar-Raniry merupakan hadiah ulang tahun IAIN Ar-Raniry, dimana civitas akademika telah berjibaku untuk mengabuh status kelembagaan kampus ini. Perubahan status tersebut telah berhasil ketika 1 Oktober 2013, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani perubahan nama IAIN Ar-Raniry menjadi UIN Ar-Raniry. Persoalan yang paling krusial mengenai bagaimana merumuskan paradigma keilmuan UIN Ar-Raniry. Usaha demi usaha yang bersifat akademis telah dilakukan, yaitu adanya perhatian civitas akademika IAIN Ar-Raniry untuk terus menerus mendiskusikan paradigma keilmuan UIN Ar-Raniry. Dalam dua bulan terakhir telah dilaksanakan dua seminar yang bersifat internasional. Pertama, seminar internasional tentang Revitalisasi Ilmu Ushuluddin dalam Menghadapi Tantangan Global yang dilaksanakan oleh Fakultas Ushuluddin pada 25 September 2013. Dalam seminar ini, diundang beberapa pembicara dari dalam maupun luar negeri untuk mendiskusikan ilmu-ilmu keushuluddin. Adapun pemateri utama adalah Prof. Dr. M. Amin Abdullah 3 dan Prof. Dr. Zakaria Stapa. Kedua, seminar yang dilakukan untuk memperingati 50 tahun IAIN Ar-Raniry pada 30 September 2013. Dalam perhelatan akademik ini juga diundang Prof. Azyumardi Azra, 4 untuk mendiskusikan bagaimana perubahan IAIN Ar-Raniry menuju UIN Ar-Raniry.
Di dalam dunia sosiologi pergulatan pemikiran terkait dengan obyek kajian atau what is the subject matter of sociology juga sangat tampak. Para ilmuwan berbeda pendapat tentang masalah ini. Sehingga Ritzer (1992) menilai bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempunyai beberapa paradigma (multiple paradigm). Dan masing-masing paradigma tersebut berbeda mengenai obyek kajian, teori, metode analisanya. Para ahli membagi empat paradigma dalam sosiologi, yakni paradigma Fakta sosial, Definisi Sosial, Perilaku Sosial, dan Integratif. 1) Paradigma Fakta Sosial terdiri dari sekumpulan teori para teoritisi sosial yang memusatkan perhatian atau menjadikan apa yang disebut Durkheim sebagai fakta sosial; struktur dan institusi sosial berskala luas beserta pengaruhnya terhadap pikiran dan tindakan individu sebagai subject matter sosiologi. Dengan kata lain, para teoritisi yang masuk dalam paradigma fakta sosial ini memusatkan pada struktur makro. Mereka mengasumsikan bahwa terdapat keajegana (in-stable) dalam kehidupan manusia. Dan di dalam keajegan tersebut ada perubahan dalam suatu waktu tertentu, serta tidak ada suatu fakta yang yang berdiri sendiri kecuali ada fakta penyebabnya. Exemplar paradigma ini adalah karya Emile Durkheim, terutama The Rules of Social Methode dan Suicide. Dua tulisan ini menggambarkan sasaran kajian sosiologi yang disebutnya sebagai fakta sosial. Menurutnya fakta sosial ialah barang (thing) yang berbeda dengan ide yang menjadi obyek kajian seluruh ilmu pengetahuan dan tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif), akan tetapi melalui pengumpulan data riil di luar pemikiran manusia. Menurnya thing dapat dibagi menjadi dua, yakni dalam bentuk barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi, contohnya adalah arsitektur, norma hukum dan lainnya. Kedua dalam bentuk non-material, yakni fenomena yang terkandung dalam diri manusia sendiri, hanya muncul dalam kesadaran manusia, contohnya kelompok, altruisme, egoisme dan sebagainya. 1 Metode yang digunakan dalam paradigma ini adalah kuantitatif, interview-kuesioner dan perbandingan sejarah. Metode ini memungkinkan adanya reduksi berbagai fakta ke dalam variable-variabel sederhana. Di antara kompleksitas fakta tersebut dimungkinkan terjadinya reduksi fakta secara simpel ke dalam variabel-1
Rumah sakit Dr OEN Surakarta merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi, terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya. Keberadaan staf medis dalam rumah sakit merupakan suatu keniscayaan karena kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja para staf medis rumah sakit tersebut. Yang lebih penting lagi kinerja staf medis akan sangat mempengaruhi keselamatan pasien di rumah sakit. Untuk itu rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik untuk melindungi pasien. Hal ini sejalan dengan amanat peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan dan perumahsakitan. Undang-undang tentang Rumah Sakit yang baru ditetapkan menuntut rumah sakit untuk melindungi keselamatan pasien, antara lain dengan melaksanakan clinical governance tersebut bagi para klinisinya. Setiap dokter di rumah sakit Dr OEN Surakarta harus bekerja dalam koridor kewenangan klinis (clinical privileges) yang ditetapkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Dr OEN Surakarta. Salah satu faktor krusial dalam keselamatan pasien adalah kewenangan dokter untuk melakukan tindakan medis yang seyogyanya dikendalikan dengan adekuat oleh komite medik rumah sakit. Dalam hal seorang kurang kompeten dalam melakukan tindakan medis tertentu karena sebab apapun, harus ada mekanisme yang mencegah dokter untuk melakukan tindakan medis tersebut di rumah sakit. Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan medis yang dilakukan oleh dokter yang kurang kompeten, rumah sakit perlu mengambil langkah-langkah pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinis melalui mekanisme kredensial yang dilaksanakan oleh komite medik. Beberapa pihak yang terkait dengan upaya ini adalah Kolegium Kedokteran Indonesia (KKI) dan komite medik rumah sakit. KKI dapat menjadi acuan untuk menentukan lingkup dan jenis-jenis kewenangan klinis bagi setiap cabang ilmu kedokteran. Komite medisk akan menentukan jenis-jenis kewenangan klinis bagi setiap dokter yang
2014
Kadmium (Cd) ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman yang bernama Friedric Strohmeyer pada tahun 1817. Logam Cd ini ditemukan dalam bebatuan Calamine (Seng Karbonat). Nama kadmium sendiri diambil dari nama latin dari "calamine" yaitu "Cadmia".

Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.