Mengagungkan Allah
Sign up for access to the world's latest research
Abstract
1 Ad-Durrul Mantsur 8/290-291. 2 Jami'ul Bayan, ath-Thabary 22/296 dan Ma'alimu Tanzil, al-Baghawy 5/156.
Related papers
Dari Paguyuban Tasawuf Indonesia oleh: Abas Gozali 1. Tujuan Hidup dan Tugas Manusia serta Permusuhan Syaithan Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur'an Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 yang berbunyi "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" dan Surat Al-Baqarah ayat 21 yang mengatakan "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa". Beribadah berarti melaksanakan segala sesuatu (yang baik) dengan semata mengharap ridla Allah.
Kristianitas berpusat pada suatu peristiwa yang merupakan peristiwa keselamatan yang memuncak pada peristiwa Paskah. Peristiwa kehidupan Yesus yang memuncak pada peristiwa salib dan kebangkitan telah menjadi peristiwa keselamatan yang dialami oleh para murid. Peristiwa itu telah mengukirkan pengalaman akan Yesus yang adalah Tuhan, menyisakan luapan kenangan yang senantiasa hidup dalam sanubari iman para murid. Semua kenangan dan pengalaman iman itu mendorong para murid untuk mewartakan dan menyebarkan peristiwa keselamatan itu. "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab Suci."(1 Kor 15:3-4). Itulah kerygma awal, yang merupakan pernyataan iman Kristiani yang paling awal dalam Gereja Perdana. Kerygma inilah yang kemudian berkembang menjadi pewartaan, baik melalui khotbah maupun ibadah, lewat homili maupun liturgi. Doa dan ibadah menjadi jalan pewartaan iman. "Setiap kali kamu makan roti atau minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang." (1 Kor 11:26). Dengan merayakan Misteri Paskah, Gereja mewartakan imannya dan dengan lantang berseru "Tuhan, Engkau sudah wafat. Tuhan, sekarang Engkau hidup. Engkau Penyelamat kami, datanglah Yesus, Tuhan." Doa itu sendiri adalah sebuah khotbah. Liturgi dalam dirinya adalah sebuah homili. Hal ini terjadi karena melalui doa terpancarlah apa yang diimani. Atau sebaliknya, apa yang kita imani akan terlihat pada apa yang kita doakan. Ungkapan Lex orandi, Lex Credendi (Hukum doa [merupakan] hukum iman) di abad awal Kristianitas merupakan ajaran yang hendak menunjukkan hakikat doa (liturgi) sebagai dasar iman Gereja. Gereja beriman seperti yang ia rayakan. 1
Menunggu Tuhan bertindak. Apa yang anda rasakan ketika menonton siaran TV atau membaca koran yang memberitakan tentang pemerkosaan, penodongan, pemerasan, bahkan penganiayaan dan pembunuhan serta berbagai tindak kriminalitas lainnya, yang sering menjadikan orang-orang yang lemah dan tak bersalah sebagai korban? Bagaimana perasaan anda tatkala menyaksikan tayangan atau membaca berita perihal tindak korupsi, manipulasi, dan perbuatan semena-mena yang dilakukan oleh oknum-oknum pejabat dan politisi sehingga negara dirugikan dan rakyat banyak diterlantarkan? Kecewa, marah, mengumpat bahkan menghujat adalah reaksi yang mungkin muncul secara spontan dari kebanyakan di antara kita. Lalu, setelah capai menggeleng kepala dan kehabisan nafas karena terus-menerus menyumpahi, kita termenung dan bertanyatanya dalam hati: Mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi, dan sampai kapan? Kira-kira seperti itulah perasaan yang menggayut di dada nabi Habakuk.
Baca ini pasti fahaam
2020
There are practices to invoke the presence of God among charismatic churches in their regular and irregular meetings. Are these practices necessary? Must the presence of God be shown by certain signs? The absence of these signs causes the congregation to feel not loved, not blessed by the Lord, and do not grow spiritually. This writing researches Biblical meaning of the presence of God in the Old Testament and the New Testament. The understanding of the theological truth of the presence of God can be used by Christian leaders and congregations to apply in the followings: understanding if God’s presence needs to be invoked by His people, understanding how the church can experience the blessings from the presence of God, and dealing with the problems – of both individual and collective – which is often wrongly understood as caused by the absence of God or not being with God. Ada praktik-praktik menghadirkan Tuhan di kalangan gereja karismatik baik Kristen maupun Katolik dalam ibadah, ...
ALQALAM, 2003
Al-Qur'an telah diyakini dan diketahui, sebagai kitab wahyu, menjadi sumber ajaran dan pedoman hidup yang meliputi segi-segi kehidupan. Di dalamnya terdapat keterangan baik yang tersirat maupun yang tersurat yang menyatakan ketentuan-ketentuan yang dapat diterapkan pada sendi-sendi kehidupan. Di dalam pelaksanaan pembumiannya, tidak terlepas dari hambatan dan tantangan, sekaligus terdapat pula peluang untuk dibumikan.Hambatan dan tantangan itu sesuai dengan kondisi dan situasi. Di Indonesia yang penduduknya beranekaragam suku, agama, ras dan kepercayaan menjadi problema tersendiri dalam membumikan Al-Qur'an, selain itu seiring dengan lajunya pengetahuan dan leknologi serta kebudayaan yang mengglobal menjadi fenomena sekaligus tantangan yang memerlukan solusi sebagai metoda untuk membumikan Al-Qur'an. Namun di dalam tantangan itu juga terdapat peluang-peluang yang dapat dipergunakan untuk dijadikan sarana pendekatan atau metoda pembumian Al-Qur'an, seperti: kondisi ma...
Yosafat Umbu Rato, 2021
Kerajaan Allah tidak bisa di pahami dengan akal manusia jika tidak melibatkan Roh Kudus di dalamnya.
Indonesian Journal of Theology
Artikel ini berfokus membahas mengenai dapur sebagai ruang dan tempat dalam praktik sosio-religius-kultural orang-orang Minahasa. Satu hal yang identik dengan orang-orang Minahasa adalah kebiasaan pesta, di mana jamuan makan bersama merupakan salah satu bagian yang penting. Semua yang tersaji di meja makan bermula dari dapur. Oleh sebab itu, dapur adalah sebuah tempat dan ruang yang terintegrasi dengan tatanan sosial. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menunjukkan bahwa dapur tidak hanya sebatas tempat melakukan aktivitas memasak, namun juga berfungsi sebagai ruang untuk merefleksikan kehadiran Allah dalam kehidupan personal, keluarga dan komunitas. Dari rekonstruksi teologis terhadap maknanya, maka terungkap bahwa dapur adalah bagian penting dari upaya merawat relasi kekerabatan, komunitas dan juga keramahtamahan sebagai praksis dari penghayatan kehadiran Allah.
bagaimana cara kita menyadari cinta Allah dalam hidup kita?

Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.