Intisari-Sektor bangunan berperan secara signifikan pada konsumsi energi nasional. Pada bidang pencahayaan, umumnya sebuah bangunan komersial biasanya menghasilkan beban 20%-45% dari konsumsi energi total yang dibutuhkan dari gedung...
moreIntisari-Sektor bangunan berperan secara signifikan pada konsumsi energi nasional. Pada bidang pencahayaan, umumnya sebuah bangunan komersial biasanya menghasilkan beban 20%-45% dari konsumsi energi total yang dibutuhkan dari gedung tersebut (UNEP, 2006). Untuk memaksimalkan pemanfaatan beban energi yang sebesar itu, sistem pencahayaan harus memperhatikan faktor performansi dan kenyamanan visual yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas sistem pencahayaan pada dengan studi kasus Hotel Novotel Yogyakarta pada ruang pertemuan dan lobi dengan tiga metode, yaitu dengan perhitungan numeris dengan dasar acuan studi Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang pencahayaan, metode pengukuran langsung, dan simulasi komputer dengan menggunakan DIALux. Berdasarkan hasil penelitian, nilai iluminansi rata-rata ruang pertemuan dengan perhitungan numeris 78,1 lux, pengukuran langsung 72,33 lux, dan simulasi 89 lux dengan nilai baku mutu SNI 300 lux. Nilai iluminansi rata-rata lobi pada malam hari dengan perhitungan numeris yaitu 49,05 lux, pengukuran langsung 48,02 lux, dan simulasi 70 lux dengan nilai baku mutu SNI 100 lux. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa nilai iluminansi rata-rata ruang pertemuan dan lobi pada malam hari belum berhasil memenuhi standar kenyamanan SNI. Nilai iluminansi rata-rata lobi pada siang hari yaitu dengan perhitungan numeris 151,3 lux, pengukuran langsung 91,37 lux, dan simulasi 222 lux. Hal ini berarti lobi pada siang hari berhasil mendekati standar kenyamanan SNI. Analisis perbandingan ketiga metode tersebut menunjukkan bahwa perhitungan numeris dengan dasar SNI dilakukan sebagai dasar dari perancangan sistem pencahayaan, simulasi dilakukan untuk memperoleh perhitungan yang optimal, dan evaluasi sistem pencahayaan dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan. Kata kunci-iluminansi, pencahayaan alami, pencahayaan buatan, bangunan, simulasi. Abstract-Building sector consumes significant amount of national energy load. Generally, in lighting sector, a commercial building produces 20%-45% of total energy consumption needed (UNEP, 2006). In order to maximize the potential benefit of the energy load, lighting system design must consider performance factor and visual comfort. Aim of this research is to analyze the quality of lighting system by taking study case at Hotel Novotel Yogyakarta specifically in function room and lobby with three methods consist of numerical modelling based on SNI of lighting, on-site measurement, and computer simulation using DIALux. From the results, it is concluded that the average illuminance in function room by numerical calculation is 78.1 lux, by on-site measurement is 72.33 lux, and by simulation is 89 lux, while the SNI's value quality is 300 lux. Results of average illuminance in lobby at night by numerical calculation is 49.05 lux, by on-site measurement 48.02 lux, and by simulation is 70 lux. Based on these results, we know that the average illuminance of function room and lobby at night have not met the visual comfort's standards of SNI. Average illuminance in lobby during the day by numerical calculation is 151.3 lux, by on-site measurement is 91.37 lux, and by simulation is 222 lux. With these results, it's known that lobby during the day has met the visual comfort's standards of SNI. Comparative analysis of the three methods shows that numerical calculation based on SNI performed as the basis of a lighting system design while computer simulation performed to obtain an optimal calculation and evaluation is done by on-site measurement.