V. Rizke Ciptaningtyas
Department Of Microbiology, Faculty Of Medicine, Diponegoro University/Diponegoro National Hospital

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA KASUS OBSTETRI-GINEKOLOGI SEBELUM DAN SESUDAH KAMPANYE PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BIJAK DI RSND Nabila Adzhana; V. Rizke Ciptaningtyas; Winarto Winarto; Endang Sri Lestari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.563 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25490

Abstract

Latar Belakang: Antibiotik merupakan obat yang berfungsi menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme. Pemakaian antibiotik yang tidak bijak dapat menimbulkan  resistensi bakteri terhadap antibiotik. Bakteri yang telah  menjadi resisten terhadap antimikroba menjadi permasalahan penting di berbagai pelayanan kesehatan. Dalam rangka mengendalikan resistensi antimikroba, dibutuhkan pengendalian penggunaan antibiotik secara bijak yang sesuai dengan  Permenkes RI No.8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) di Rumah Sakit. Tujuan: Mengetahui dan mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik pada pasien kasus obstetri-ginekologi sebelum dan sesudah kampanye penggunaan antibiotik secara bijak Metode: Penelitian kuasi eksperimental dengan studi pre & post group design dengan menggunakan analisis chi square & Fisher exact test. Penilaian kualitas penggunaan antibiotik dengan menggunakan kategori kualitas Van der Meer & Gyssens, dengan melakukan esktraksi data dari 34 rekam medis pasien kasus obstetri ginekologi Rumah Sakit Nasional Diponegoro pada periode sebelum kampanye, dan 34 rekam medis pasien sesudah  kampanye penggunaan antibiotik secara bijak. Hasil: Kualitas penggunaan antibiotik dengan kategori 0(bijak) pada kasus Obstetri-Ginekologi RSND sebelum kampanye sebesar 7,4% dan terjadi penurunan kualitas penggunaan antibiotik pada periode sesudah kampanye menjadi sebesar 7,0%. Penggunaan antibiotik secara tidak bijak(kategori I-V) meningkat dari 92,6%(sebelum kampanye) menjadi sebesar 93,6% sesudah pelaksanaan kampanye penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik kategori V (tanpa indikasi) mengalami penurunan dari 64,2%(sebelum kampanye) menjadi 61,6% sesudah kampanye penggunaan antibiotik secara bijak. Simpulan: Tidak terdapat peningkatan kualitas penggunan antibiotik yang bijak  sebelum dan sesudah kampanye penggunaan antibiotik secara bijak pada kasus obstetri ginekologiKata Kunci: antibiotik profilaksis, kategori Van der Meer & Gyssens, kasus obstetri ginekologi
UJI BEDA SENSITIVITAS JAMUR MALASSEZIA SP. TERHADAP KETOKONAZOL DAN MIKONAZOL SECARA IN VITRO Wayan Dimas Yogiswara; Muslimin Muslimin; V. Rizke Ciptaningtyas
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.934 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21463

Abstract

Latar Belakang: Pitiriasis versikolor merupakan infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh jamur Malassezia sp. Saat ini penggunaan antifungal topikal masih menjadi terapi lini pertama. Menurut Danish Society of Dermatology antifungal golongan azol yaitu ketokonazol dan mikonazol menjadi rekomendasi untuk pengobatan topikal pitiriasis versikolor. Uji sensitivitas secara berkala diperlukan untuk mengetahui sensitivitas obat antijamur.Tujuan: Menganalisis perbedaan sensitivitas jamur Malassezia sp. terhadap ketokonazol dan mikonazol secara in vitro.Metode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional design dilaksanakan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro. Didapatkan 20 subjek, namun hanya 16 subjek yang memenuhi kriteri inklusi: pasien pitiriasis versikolor berusia 16-64 tahun, tidak sedang mengonsumsi obat antijamur, dan diagnosis pitiriasis versikolor positif. Sampel dilakukan scrapping lesi dan ditemukan spagghetti and meatball pada mikroskop kemudian dikultur. Hanya 10 sampel positif kultur, sehingga 6 dari 10 sampel yang tumbuh dipilih secara acak kemudian dilakukan subkultur. Sampel yang tumbuh kemudian dilakukan uji sensitivitas terhadap ketokonazol dan mikonazol. Perbedaan sensitivitas dianalisis menggunakan uji chi square (uji x2).Hasil: Berdasarkan statistik perbedaan sensitivitas ketokonazol dan mikonazol menunjukan hasil yang signifikan (P=0,001), dimana 16 sampel sensitif ketokonazol, sedangkan mikonazol didapatkan resisten 10 sampel dan 6 sampel intermediet.Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada sensitivitas jamur Mallasezia sp. terhadap ketokonazol dan mikonazol secara in vitro. 
UJI BEDA SENSITIVITAS JAMUR MALASSEZIA SP. TERHADAP FLUKONAZOL DAN MIKONAZOL SECARA IN VITRO Annisa Septiningrum; Muslimin Muslimin; V. Rizke Ciptaningtyas
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.185 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19340

Abstract

Latar Belakang: Pitiriasis versikolor (PV) merupakan infeksi kulit superfisial yang disebabkan oleh proliferasi jamur lipofilik yaitu Malassezia sp.  Berbagai obat antijamur telah digunakan untuk mengobati PV diantaranya flukonazol dan mikonazol. Namun, masih banyak ditemukan adanya resistensi terhadap obat antijamur sehingga perlu dilakukan pengujian secara rutin. Salah satu metode untuk melihat sensitivitas obat antijamur yaitu disk diffusion.Tujuan: Menganalisis perbedaan sensitivitas jamur Malassezia sp. terhadap flukonazol dan mikonazol secara in vitro.Metode:  Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 16 hasil kultur dan subkultur jamur Malassezia sp. yang diambil dari kerokan kulit penderita PV yang berobat di RSND dan warga Desa Samban Ungaran yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan klinis, lampu wood, mikroskopik KOH. Selanjutnya dilakukan uji sensitivitas menggunakan disk antijamur flukonazol dan mikonazol dengan metode disk diffusion. Diameter zona hambat yang terbentuk dibaca sesuai tabel CLSI. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi square.Hasil: Dari 16 sampel didapatkan karakteristik mayoritas berusia 45-64 tahun, berjenis kelamin laki-laki, perkerjaan dalam ruangan, lama menderita >1 tahun, predileksi terbanyak di punggung, dan belum menggunakan obat anti jamur. Hasil uji sensitivitas seluruh sampel menunjukkan hasil sensitif terhadap flukonazol, sedangkan terhadap mikonazol 10 sampel resisten dan 6 sampel intermediate. Dari Uji chi square didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05) maka secara statistik terdapat perbedaan bermakna pada sensitivitas jamur Malassezia sp. terhadap flukonazol dan mikonazol secara in vitro.Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada sensitivitas jamur Malassezia sp. terhadap flukonazol dan mikonazol secara in vitro.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA SECARA IN VITRO Rasyidia Laksmita Putri; YL Aryoko Widodo S.; V. Rizke Ciptaningtyas
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.174 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15816

Abstract

Latar Belakang: Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang sering menjadi penyebab dalam infeksi pada ulkus diabetikum. Pengobatan infeksi P. aeruginosa adalah dengan antibiotik kombinasi yang mempunyai kemampuan bakterisidal. Zat alamiah tertentu juga mempunyai kemampuan bakterisidal, salah satunya adalah daun pepaya (Carica papaya L).Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri P. aeruginosa secara in vitro.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Terdapat 9 beda perlakuan yaitu dengan memberi 6 dosis (5%, 20%, 35%, 50%, 65%, 80%) dan kelompok kontrol. Sumuran dibuat pada media MH, kemudian diteteskan ekstrak daun pepaya dan diinkubasikan selama 18-24 jam dalam suhu 35o. Diameter hambat pada media MH dihitung dengan menggunakan jangka sorong.Hasil: Rata-rata perhitungan diameter hambat pada kelompok kontrol adalah 29,5 mm untuk antibiotik ciprofloxacin dan 32,5 mm untuk antibiotik ceftazidime. Diameter hambat pada 6 kelompok perlakuan seluruhnya adalah 0 mm.Kesimpulan: Tidak terdapat aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
PENGARUH PEMBERIAN ASAP CAIR PADA BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis PENYEBAB GANGREN PULPA Ardiana Cahaya Imaniar; Indah Lestari Vidyahayati; Gunawan Wibisono; V. Rizke Ciptaningtyas
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.461 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20671

Abstract

Latarbelakang: Gangren pulpa merupakan akibat lanjut karies gigi yang tidak dirawat dengan baik. Bakteri yang terlibat pada gangrene pulpa diantaranya adalah Enterococcus faecalis. Gangren pulpa memiliki kaitan yang erat dengan karies gigi, sehingga pengobatan awal gangren pulpa dilakukan dengan menghilangkan karies baik secara mekanik maupun kimia. Pada penelitian ini, Peneliti menggunakan asap cair sebagai bahan percobaan, kandungan fenol pada asap cair diharapkan efektif dalam menghambat maupun membunuh pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum asap cair terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian asap cair pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis penyebab gangren pulpa.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control group design. Sampel penelitian ini adalah koloni Enterococcus faecalis dengan perlakuan sebanyak 6 konsentrasi asap cair (100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan 0%) duplikasi dilakukan sebanyak 5 kali.Hasil: Uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa nilai signifikansi p <0.005 kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney yang menyatakan bahwa terdapat signifikansi pada kelompok P3(25%). Konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri terdapat pada konsentrasi 25% dan konsentrasi terendah yang dapat membunuh bakteri terdapat pada konsentrasi 100%.Kesimpulan: Nilai Kadar Hambat Minimum asap cair terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis adalah pada konsentrasi 25% sementara nilai Kadar Bunuh Minimum terdapat pada konsentrasi 100%.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AURES SECARA IN VITRO Zaki Dewantoro; YL Aryoko Widodo S.; V. Rizke Ciptaningtyas
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.571 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18598

Abstract

Latar Belakang  Staphylococcus aureus adalah bakteri yang sering menjadi penyebab dalam infeksi pada pioderma. Pengobatan infeksi S.aureus adalah dengan antibiotik kombinasi yang mempunyai kemampuan bakterisidal. Zat alamiah tertentu juga mempunyai kemampuan bakterisidal, salah satunya adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L).Tujuan :  Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Terdapat 9 beda perlakuan yaitu dengan memberi 6 konsentrasi ekstrak (5%, 20%, 35%, 50%, 65%, 80%), dan kelompok kontrol. Media Mueller Hinton yang sudah dilubangi menjadi sumur diteteskan ekstrak daun belimbing wuluh kemudian diinkubasikan selama 18-24 jam dalam suhu 35o. Kemudian hitung diameter hambat pada media.Hasil : Rata-rata perhitungan diameter hambat pada kontrol antibiotik (eritromisin) adalah 28,1 mm. Diameter hambat pada 6 kelompok perlakuan seluruhnya adalah 0 mmKesimpulan : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak daun belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L.) dengan konsentrasi 5%, 20%, 35%, 50%,65%, 80% pada bakteri Staphylococcus aureus.
APPROPRIATE USAGE OF ANTIBIOTICS AND ITS COST-EFFECTIVENESS Ivana Shafira Putri; Rebriarina Hapsari; V. Rizke Ciptaningtyas
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro)
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v9i6.29330

Abstract

Background: Inappropriate use of antibiotics not only cause resistance, but also indirectly increase morbidity, mortality, and prolong the length of stay, which can lead to increased health care costs. Pneumonia is one of the infectious diseases with a high prevalence in Indonesia. It requires various antibiotic treatment that makes the antibiotic selection need to be considered in both clinical terms and cost-effectiveness. Aim: This study aimed to determine the association between the quality of antibiotic and cost-effectiveness in hospitalized pneumonia patients at Diponegoro National Hospital Semarang in the period 2015 - 2019. Methods: A cross-sectional study was performed in fifteen patients with community-acquired pneumonia (CAP). The medical records as samples were retrospectively obtained by total sampling method. The categories of antibiotic quality (appropriate and inappropriate) were determined according to the Gyssens criteria and analyzed using a cost-effectiveness table. The outcome measure was length of stay (LOS).  Results : Mean LOS, mean antibiotic cost, and median total direct hospital cost of appropriate and inappropriate antibiotic quality respectively 3,27 days versus 6 days (p = 0.275), 123,302 IDR versus 286,000 IDR (p = 0.020), and 3,317,100 IDR versus 3,878,600 IDR (p = 0,602). Based on the cost-effectiveness table, the position of appropriate antibiotic quality was in column G (dominant), while the position of inappropriate antibiotic quality was in column C (dominated).  Conclusions: The appropriate usage of antibiotics was more cost-effective than inappropriate. There was a significant differences of LOS between both categories.
KUALITAS DAN KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA KASUS PENYAKIT DALAM SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN PPRA DI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO Nathalia Tiara Mulia Kartika; Endang Sri Lestari; Helmia Farida; V. Rizke Ciptaningtyas
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.565 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25491

Abstract

Latar Belakang: Salah satu penyebab penggunaan antibiotik yang tidak tepat adalah kurangnya pengetahuan dari tenaga medis. Edukasi yang efektif dapat meningkatkan pengetahuan tenaga medis dalam menggunakan antibiotik secara bijak. Edukasi tersebut dapat berupa penyuluhan tentang PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba). Tujuan: Menganalisis kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik pada kasus penyakit dalam sebelum dan setelah penyuluhan PPRA di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND). Metode: Penelitian ini menggunakan desain suatu studi intervensi. Sampel adalah 68 rekam medis pasien RSND dengan kasus penyakit dalam yang diterapi antibiotik, masing-masing 34 sampel sebelum dan setelah penyuluhan. Kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik dibandingkan periode sebelum dan setelah penyuluhan. Penilaian kualitas penggunaan antibiotik berdasarkan kriteria van der Meer – Gyssens dengan menggunakan uji Chi-square. Penilaian kuantitas penggunaan antibiotik berdasarkan klasifikasi Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dan satuan Defined Daily Dose/ 100 pasien-hari dengan menggunakan uji independent t test atau uji Mann-Whitney. Hasil: Kualitas penggunaan antibiotik kategori bijak meningkat dari 28,0% menjadi 33,3%, kategori tidak bijak menurun dari 26,0% menjadi 4,8%, dan kategori tanpa indikasi meningkat dari 46,0% menjadi 61,9% setelah penyuluhan (p = 0,022). Defined Daily Dose/ 100 pasien-hari sebelum penyuluhan adalah 103,65 dan setelah penyuluhan adalah 99,63 (p = 0,092). Kesimpulan: Penyuluhan yang diberikan tidak cukup untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik, diperlukan intervensi lain pada faktor pendukung seperti kebijakan rumah sakit, sistem reward and punishment serta pemberian umpan balik.Kata Kunci: Kualitas, kuantitas, penggunaan antibiotik, penyakit dalam, penyuluhan, PPRA
PENGARUH ASAP CAIR BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP VIABILITAS STAPHYLOOCOCCUS EPIDERMIDIS Pramesti Darojah; Oedijani Santoso; V. Rizke Ciptaningtyas
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.06 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23370

Abstract

Latar belakang: Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit oleh kuman yang berasal dari rumah sakit yang dapat dialami oleh penderita, tenaga kesehatan dan setiap orang yang datang ke rumah sakit. Faktor-faktor yang memperkuat terjadinya infeksi nosokomal diantaranya adalah kurang budaya kebersihan tangan di fasilitas kesehatan. Bakteri yang terlibat pada infeksi nosokomial diantaranya adalah Staphylococcus epidermidis karena telah mengalami resistensi terhadap nafsilin, oxasillin, methisillin, dan penisillin. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan asap cair sebagai bahan percobaan, kandungan fenol pada asap cair diharapkan efektif dalam menghambat maupun membunuh pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) asap cair terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian asap cair berbagai konsentrasi terhadap, viabilitas Staphylococcus epidermidis. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control group design. Sampel penelitian ini adalah koloni Staphylococcus epidermidis dengan perlakuan sebanyak 5 konsentrasi asap cair (100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25%) duplikasi dilakukan sebanyak 5 kali. Analisis data yang dilakukan adalah Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Writney. Hasil: Uji Kruskal-Wallis pada analisis data KHM menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p=0,000), begitu pula pada analisis data KBM (p=0,001). Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney yang menyatakan bahwa terdapat signifikansi pada kelompok P2(50%) untuk uji KHM dan KBM. Kesimpulan: Nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) asap cair terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis adalah 50%, sementara nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM) terdapat bakteri ini adalah 50%.Kata Kunci: Asap cair, Staphylococcus epidermidis, infeksi nosokomial, KHM, KBM
PENGARUH PEMBERIAN ASAP CAIR PADA BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS SANGUIS PENYEBAB GINGIVITIS Susanna Arie Kondo; Gunawan Wibisono; V. Rizke Ciptaningtyas
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.398 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i1.16245

Abstract

Latar belakang: Gingivitis adalah peradangan pada jaringan gingiva yang disebabkan oleh beberapa bakteri, salah satunya adalah bakteri Streptococcus sanguis. Gingivitis memiliki kaitan yang erat dengan plak gigi, sehingga pengobatan awal gingivitis dilakukan dengan kontrol plak baik secara mekanik maupun kimia. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan asap cair sebagai bahan percobaan, kandungan fenol pada asap cair diharapkan efektif  dalam menghambat maupun membunuh pertumbuhan bakteri S. sanguis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum asap cair terhadap pertumbuhan bakteri S. sanguis. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control group design. Sampel penelitian ini adalah koloni S. sanguis dengan perlakuan sebanyak 6 konsentrasi asap cair (100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan 0%) duplikasi dilakukan sebanyak 5 kali.Hasil: Konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada penelitian ini terdapat pada konsentrasi 6,25% dan konsentrasi terendah yang dapat membunuh bakteri pada penelitian ini terdapat pada konsentrasi 12,5%.Simpulan: Pemberian asap cair pada berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap pertumbuhan S. sanguis.