Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Self Instructional Module Terhadap Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Oktorina, Rola; Sitorus, Ratna; Sukmarini, Lestari
Jurnal Endurance Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1477.12 KB) | DOI: 10.22216/jen.v4i1.2995

Abstract

Number of diabetes mellitus cases have been increasing every year. Diabetes mellitus patient needs to get information about diabetes mellitus at least after the diagnose were given. Nurse as an educator could give education for diabetes mellitus patient, so that there will be an upgrade of knowledge diabetes mellitus patient. Verbal education need an additional tool such as a modul, in purpose patient can re-evaluate the material that they already get. The purpose of this research is to test the impact of education using self instructional module to level of knowledge about diabetes mellitus  to diabetes mellitus patient type 2. This research using quasi experimental with one group pretest postest design with 29 person  samples in total with diabetes mellitus  type 2 diagnosis. Data collection using questionaire. Statistic analysis using wilcoxon. Research result shows that there are differences of knowledge before and after education by self instructional module (p= 0,000; α=0,05) before and after education by self instructional module. Hopefully this research can be use as health education media in an attempt to upgrade the knowledge of diabetes mellitus patient type 2.Pasien diabetes melitus perlu mendapatkan informasi tentang diabetes melitus minimal setelah ditegakan diagnosa. Perawat sebagai edukator bisa memberikan edukasi terhadap pasien diabetes melitus agar terjadinya peningkatan pengetahuan pasien diabetes. Penyampaian edukasi melalui lisan perlu ditambahkan dengan modul, agar pasien dapat meninjau kembali materi yang telah diterima. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan menggunakan self instructional module terhadap tingkat pengetahuan tentang diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental dengan one group pretest postest dengan jumlah sampel 29 orang dengan diagnosa diabetes melitus tipe 2, pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan wilcoxon test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan (p< 0,001; α<0,05) sebelum dan sesudah edukasi dengan self instructional module. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media edukasi kesehatan dalam upaya peningkatan pengetahuan pada pasien diabetes melitus tipe 2.
BERAT BADAN INTERDIALISIS TERHADAP ADEKUASI HEMODIALISA PADA PASIEN HEMODIALISA KRONIK Ladesvita, Fiora; Sukmarini, Lestari
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.556 KB)

Abstract

Berat badan interdialisis merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah penarikan cairan selama menjalani proses hemodialisa. Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengobatan yang dijalani oleh pasien dengan gagal ginjal kronik. Penambahan berat badan interdialisis akan meningkatkan akumulasi cairan di dalam tubuh pasien yang akan meningkatkan beban awal hemodialisis. Keefektifan hemodialisa dapat dilihat dari perbandingan Kt/V dan URR. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah pasien yang menjalani hemodialisa kronik yang memenuhi kriteria inklusi dengan total sampel sebanyak 42 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan arah positif artinya semakin tinggi berat badan interdialisis maka semakin tinggi nilai adekuasi hemodialisa (r = 0,430). Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara berat badan interdialisis dengan adekuasi hemodialisa Kt/V (p value < 0,004; ? 0,05). Sedangkan dengan URR, tidak ada hubungan antara berat badan interdialisis dengan adekuasi hemodialisa URR (p value = 0,426; ? 0,05). Nilai V pada Kt/V merupakan volume distribusi urea dalam ml yang sangat dipengaruhi oleh berat badan interdialisis. Semakin tinggi berat badan interdialisis maka semakin besar volume distribusi urea di dalam tubuh sehingga cairan yang ditarik juga semakin banyak.
EFEKTIVITAS MOBILISASI DINI TERSTRUKTUR TERHADAP PENCEGAHAN DEPRESI DAN SPASTISITAS OTOT PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SOLO Ikaningtyas, Nurlia; Sitorus, Ratna; Sukmarini, Lestari
Jurnal Kesehatan Vol 2 No 2 (2015)
Publisher : STIKES Bethesda Yakkum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler utama di Amerika Serikat dan dunia. Pasien stroke mengalami berbagai komplikasi diantaranya depresi dan spastisitas otot. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas mobilisasi dini terstruktur terhadap pencegahan depresi dan spastisitas otot pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Panti Waluyo Solo. Metode Penelitian: Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy experimental post test non equivalent control group. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 29 responden didapatkan dengan menggunakan consecutive sampling, dibagi menjadi kelompok intervensi sebanyak 14 responden yang diberikan mobilisasi dini terstruktur dan kelompok kontrol sebanyak 15 responden yang diberikan mobilisasi dini standar rumah sakit. Evaluasi penelitian ini dilakukan pada hari ke delapan dengan menggunakan Zung Depression Scaledan Asworth Scalepada kedua kelompok tersebut. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kejadian depresi antara kelompok intervensi dan kontrol (p value= 0,002) dan tidak ada perbedaan yang signifikan tentang kejadian spastisitas antara kelompok intervensi dan kontrol (p value= 1,00) setelah diberikan mobilisasi dini terstruktur. Kesimpulan: Ada perbedaan kejadian depresi antara kelompok intervensi dan kelompok kontol dan tidak ada pebedaan yang signifikan kejadian spasitas antara kelompok intervensi dan kontrol Saran: Penelitian ini merekomendasikan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai mobilisasi dini terstruktur dengan menambah waktu pengukuran spastisitas otot dan memperhatikan variable confounding letak dan luas lesi. Kata kunci :depresi; mobilisasi dini terstruktur; stroke iskemik; spastisitas otot.
Pengetahuan Klien Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Berpengaruh Terhadap Kemampuan Klien Merawat Kaki Noor Diani; Agung Waluyo; Lestari Sukmarini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 16 No 2 (2013): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v16i2.11

Abstract

Upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik bertujuan untuk mencegah luka kaki secara dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan deskriptif korelasi dengan desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 106 orang. Hasil analisis Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 (p= 0,04; α= 0,05). Faktor pengetahuan memiliki peluang 2,38 kali untuk melakukan praktik perawatan kaki. Perlu dikembangkan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki dan pemeriksaan kaki.
PERSEPSI PERAWAT DAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENGETAHUAN YANG DIPERLUKAN UNTUK MERAWAT ODHA DI RUMAH SAKIT DAN DI RUMAH Agung Waluyo; Lestari Sukmarini; Rosakawati Rosakawati
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 10 No 1 (2006): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v10i1.168

Abstract

AbstrakTujuan penelitian fenomenologi ini adalah mengidentifikasi persepsi perawat dan keluarga pasien HIV/AIDS tentang pengetahuan yang diperlukan perawat dan keluarga yang merawat untuk merawat pasien HIV/AIDS di rumah sakit dan di rumah. Sejumlah 5 perawat & 5 keluarga pasien berpartisipasi dalam penelitian ini. Dari hasil analisis didapatkan 6 hal yang harus diketahui perawat. Persepsi perawat tentang pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki perawat saat merawat pasien HIV/AIDS adalah: (1) pengetahuan dan keterampilan tentang konseling, (2) ARV & efek sampingnya, (3) Universal Precaution, (4) symptom management, (5) dukungan mental, dan (6) penanganan jika terpapar HIV. Sedangkan dari keluarga ada 4 hal yang harus diketahui oleh keluarga saat mereka merawat pasien di rumah, yaitu: (1) pengetahuan tentang HIV/AIDS & cara penularannya, (2) pengetahuan tentang tanda & gejala HIV/AIDS, (3) pengetahuan dan keterampilan tentang pencegahan penularan (Universal Precaution) dan (4) symptom management. Rekomendasi penelitian ini adalah perlu ada penelitian lanjut pada jumlah responden yang lebih luas. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS dan juga kualitas hidup pasien saat mereka di rumah. AbstractThe purpose of this phenomenology study was to identify the nurse’s and relative’s perception on knowledge and skill needed by the nurses & relatives in caring patient in the hospital and in their house. Ten respondents (5 nurses and 5 relatives of the patients) participated the study. The findings identified knowledge & skill needed by nurses are: (1) knowledge & skill on counseling, (2) Anti Retro Viral therapy & its side effect, (3) universal precaution, (4) symptom management, (5) mental support, and (6) treatment standard on occupational exposure to HIV. The findings from the relative’s are: (1) knowledge on HIV/AIDS and how it spreads (2) knowledge on signs & symptoms of HIV/AIDS, (3) knowledge & skill on universal precaution and (4) symptom management. Some recommendations of the study were proposed that this study should be continued to have some other respondents. The result of these studies could be beneficial to improve the nursing care to the HIV/AIDS patient and their quality of life during AIDS stage, and it could be beneficial to the improvement the effectively of the nursing care of patient with HIV/AIDS.
Mekanisme Kerja Tim Keperawatan di Ruang Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) IRNA B Lt.IV Kanan RSUPN-Cipto Mangunkusumo Lestari Sukmarini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 2 No 6 (1999): Mei
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v2i6.92

Abstract

Tulisan ini bertujuan memberikan suatu informasi tentang “Praktek Keperawatan Profesional” yang dilaksanakan di ruang model IRNA B Lt. IV kanan RSUPN Cipto Mangunkusumo atas kerjasama FIK-UI dengan RSUPN Cipto Mangunkusumo. Model Praktek Keperawatan Profesional (PKP) ini sebagai upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu dan professional.Pada penerapan model PKP ini berfokus pada pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dengan didukung dinamika kerja antar anggota tim dan kolaborasi yang lebih jelas dan terpadu.Adapun mekanisme kerja pada model PKP ini memiliki tiga spek utama, yaitu: ketenagaan yang memadai dan professional, metoda pemberian asuhan keperawatan : tim primer dan aspek sistem dokumentasi. Professional Nursing Practice model has been being utilized either in developed countries or in developing countries. In Indonesia, specifically in Jakarta it has been being employed for almost 3 years. The purpose of this article is todesiminate information on Professional Nursing Practice in Irna B, IV floor RSUPN Cipto Mangunkusumo. This professional practice model is based on a cooperation between FIK-UI and RSUPN Cipto Mangunkusumo to improne the delivery of nursing service the focus is on comprehensive ness of the nursing care which is supported by group dynamic and integrated collaboration. There are 3 main aspects of working mechanism in this model namely: adequate nursing personnel, method of nursing assignment, and documentation system.
PENURUNAN NYERI DENGAN KOMPRES DINGIN DI LEHER BELAKANG (TENGKUK) PADA PASIEN POST HEMOROIDEKTOMI TERPASANG TAMPON Rohmani Rohmani; Debi Dahlia; Lestari Sukmarini
JURNAL KEPERAWATAN TROPIS PAPUA Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/jktp.v1i1.14

Abstract

Pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon mengalami nyeri akibat adanya spasme internal yang disebabkan oleh regangan dan tekanan syaraf perifer dikanalis analis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kompres dingin di leher belakang (tengkuk) terhadap penurunan nyeri pada pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon. Penelitian ini menggunakan quasi experiment pre test post test design with control group dengan jumlah responden yang didapat dengan teknik concecutive sampling. Pengukuran skala nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) dengan skor nyeri maksimal 8. Hasil uji Friedman menunjukkan adanya perbedaan rerata penurunan nyeri yang diberikan kompres dingin ditengkuk dengan p-value 0,0001. Tindakan kompres dingin lebih efektif dibandingkan dengan terapi standar dalam menurunkan skala nyeri pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur penurunan nyeri dengan kompres dingin di leher belakang pada pasien post hemoroidektomi terpasang tampon.
Analisis Faktor yang Memengaruhi Self Management Behaviour pada Pasien Hipertensi Lia Mulyati; Krisna Yetti; Lestari Sukmarini
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 2 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.419 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v1i2.59

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit kronik yang penanganannya diperlukan kemampuan untuk mengelola perilaku diri sendiri (self management behaviour) dalam kehidupan sehari-hari seperti; pengaturan diet, olah raga, minum obat serta kemampuan mengelola stres. Self management behaviour (SMB) merupakan landasan untuk dapat mengontrol hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi SMB dan menganalisis faktor yang paling dominan memengaruhi SMB pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik studi cross sectional, dengan menggunakan uji chi squaredan regresi logistik. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara keyakinan terhadap efektivitas terapi (p=0.005; OR=3,48), self-efficacy(p=0.003; OR=3,67), dukungan sosial (p=0.015; OR=2,87) dan komunikasi antar petugas pelayanan kesehatan dengan pasien (p=0.002; OR=3,27) dengan SMB. Komunikasi antar petugas kesehatan dengan pasien merupakan faktor paling dominan memengaruhi kesuksesan SMB sehingga kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam implementasi asuhan keperawatan.Kata kunci:Hipertensi, kontrol hipertensi, self management behaviour AbstractHypertension is a chronic disease which requires to be controlled with self-management behaviour, such as diet, exercise, medication and stress management. Self-management behaviour (SMB) is the basis for controlling hypertension and preventing complications of hypertension. The purpose of this study was to determine several factors affecting the SMB and to identify the most dominant factor associated with the SMB in patient hypertension in General Hospital 45 Kuningan, West Java. The data were analyzed using chi square and logistic regression tests. The results showed that there were significant relationships between belief in the effectiveness of therapy (p=0.005;OR= 3.48), self-efficacy (p=0.003; OR=3.67), social support (p=0.015; OR=2.87), and communication between health professional and patient (p=0.008; OR=3.27) and the SMB. Communication between health care workers and patients was identified to be the dominant factor affecting the SMB. Therefore, the ability to communicate effectively is a requirement in the nursing care of patients with hypertension. Key words: Hypertension, control hypertension, self management behaviour
Efikasi Diri, Kepatuhan, dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (Self Efficacy, Adherence, and Quality of Life of Patients with Type 2 Diabetes) Handono Fatkhur Rahman; Yulia Yulia; Lestari Sukmarini
Pustaka Kesehatan Vol 5 No 1 (2017)
Publisher : UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Self-efficacy and adherence are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. This study aimed to determine the relationship between self-efficacy and adherence to the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus. This study was a cross-sectional, with sample of 125 patients with type 2 diabetes mellitus. The Diabetes Management Self-Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), and the Diabetes Quality of Life (DQOL) were employed as instruments. The results showed that self-efficacy (0.0005), and adherence (0.0005) were significantly associated with quality of life and the most dominant variable is adherence. Multivariate test results indicate that the variable self-efficacy, adherence, depression, and education level determines quality of life of diabetic patients. This study suggestion the need for nursing assessment and interventions that focus on the self-efficacy and adherence diabetes mellitus patient. Keywords: self efficacy, adherence, quality of life, diabetes type 2
Penurunan Kejadian Luka Tekan Grade I (Non Blanchable Erythema) Pada Klien Stroke Melalui Posisi Miring 30 Derajat Dame Elysabeth Tuty Arna Uly Tarihoran; Ratna Sitorus; Lestari Sukmarini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 13 No 3 (2010): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v13i3.250

Abstract

AbstrakMorbiditas dan mortalitas akibat dari luka tekan semakin hari semakin meningkat. Kurangnya aplikasi strategi pencegahan luka tekan berdasarkan rekomendasi terkini. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh pengaturan posisi miring 30 derajat mencegah kejadian luka tekan grade I (Non Blanchable Erythema) pada klien stroke dengan imobilisasi. Metode yang digunakan quasi experiment purposive sampling, dengan 33 responden (16 kontrol dan 17 intervensi) kelompok intervensi dan control mendapatkan perawatan sesuai institusi. Kelompok intervensi diberikan aplikasi posisi miring 30 derajat dengan menggunakan penyanggah bantal segitiga. Kejadian luka tekan dievaluasi setelah 3x 24 jam. Hasil penelitian menyatakan perbandingan kejadian luka tekan sangat signifikan (p= 0,039, α= 0,05), R= 9,600, kelompok kontrol berpeluang terjadi luka tekan hampir 10 kali dibanding kelompok intervensi. Pengaturan posisi miring 30 derajat sebaiknya dijadikan sebagai strategi pencegahan luka tekan. AbstractMorbidity and mortality from pressure ulcer are increasing in number. The application of injury prevention strategies based on the recommendations. The aim of this research to identify the effect of 30 degree lateral positioning on the incidence of grade I (Non Blanchable Erythema) pressure ulcer. The method used quasi-experimental with control group study, purposive sampling technique involving 33 patients, divided into 2 groups, (control n=16, intervention n=17). Both groups received the standard of care in the hospital. The intervention group was given 30 degree lateral position by using a triangular pillow. The incidence of grade I pressure ulcer were evaluated within 3x24 hours. The result show that the incidence of pressure ulcer was statistically significant between the group (p= 0,03, α= 0,05) OR=9.600, where the control group have an almost 10 times the risk to development of grade I pressure ulcer. 30 degree lateral position should be used as a pressure ulcer prevention strategies.