Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Pemanfaatan Jerami Padi (Oryza Sativa L.) Sebagai Bahan Baku Dalam Pembuatan CMC (Carboximetil Cellulose) Masrullita Masrullita; Meriatna Meriatna; Zulmiardi Zulmiardi; Ferri Safriwardy; Auliani Auliani; RIZKA NURLAILA
Jurnal Rekayasa Proses Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.69569

Abstract

Rice straw is a waste from rice plants that contains 37.71% cellulose, 21.99% hemicellulose, and 16.62% lignin. High cellulose content in rice straw can be used as raw material for the manufacture of Carboxymethyl Cellulose (CMC). CMC is a cellulose derivative widely used in food, pharmaceutical, detergent, textile and cosmetic products industries as a thickener, stabilizer of emulsions, or suspensions and bonding. This study aims to process rice straw waste into CMC with variations in sodium monochloroacetate of 5,6,7,8 and 9 grams. The method used in this research is by synthesis using 15% NaOH solvent, with a reaction time of 3.5 hours and 5 grams of rice straw. The results showed that the best CMC was obtained at a concentration of 9 grams of sodium monochloroacete with a yield characterization of 94%, pH 6, water content of 13.39%, degree of substitution (Ds) of 0.80, and viscosity of 1.265 cP.
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DARI BAWANG PUTIH DENGAN PENAMBAHAN SABUN CUCI PIRING Rahmat Rizky; Jalaluddin Jalaluddin; Ishak Ishak; Rizka Nurlaila; Lukman Hakim
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 2, No 1 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Mei 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v2i1.4599

Abstract

Bawang putih merupakan tanaman umbi yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Ciri khas bawang putih adalah aromanya yang khas dan sangat menyengat. Dalam kehidupan sehari-hari bawang putih dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Bukan hanya pada bumbu masakan, ternyata bawang putih juga berkhasiat untuk menyehatkan tanaman. Ekstrak bawang putih diketahui berguna untuk mengendalikan beberapa jenis organisme pengganggu tanaman (OPT), baik itu hama serangga, bakteri maupun jamur patogen. Pada penelitian ini bawang putih di jadikan pestisida nabati untuk membasmi serangga. Selain itu semut juga sering membuat sarang di dalam tanaman dan itu sangatlah mengganggu. Lalu mengganlisa senyawa flavonoid dengan menggunakan FTIR pada daerah serapan panjang gelombang 3.452,58 cm-1  merupakan gugus OH, daerah serapan panjang gelombang 2.929,87 cm-1  merupakan gugus C-H,daerah serapan panjang gelombang 1.635,64 cm-1  merupakan gugus C=C, kemudian daerah serapan panjang gelombang 1.440,83 cm-1   merupakan gugus C-H, daerah serapan gelombang 1.296,16 cm-1  merupakan gugus C-O, dan daerah serapan gelombang 700.16 cm-1  merupakan gugus C-H. Sehingga yang di dapat pada penelitian senyawa flavonoid dengan adanya gugus fungsi OH, C-H, C=C, dan C-O. Pada penelitian ini perendaman 5 jam lebih ekonomis dibandingankan dengan perendam 1 jam dikarena kan penambahan sabun cuci piring yang digunakan itu lebih sedikit dan bisa membunuh serangga lebih dari 50% atau setengah dari organisme, Dan lebih efektif untuk di jadikan pestisida pembasmi serangga. 
PEMANFAATAN LIMBAH SISIK IKAN MUJAIR SEBAGAI GELATIN MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI Mira Aulia; Syamsul Bahri; Ishak Ibrahim; Sulhatun Sulhatun; Rizka Nurlaila
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 4 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - April 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i4.5738

Abstract

Sisik ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan bagian terluar pada tubuh dari ikan mujair jenis ikan air tawar yang terlihat berhelai-helai semacam lapisan kulit keras berbentuk kepingan kecil yang kaku berfungsi sebagai pelindung tubuh,Gelatin merupakan bahan tambah pangan yang digunakan dalam pengental, penstabil makanan. Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang berbentuk gel yang didapatkan dari hasil denaturasi kolagen kulit, tulang dan jaringan ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu ekstraksi terhadap kualitas gelatin dari sisik ikan mujair, mengetahui jumlah rendemen tertinggi terhadap kualitas gelatin dari sisik ikan mujair dan mengetahui perbandingan karakteristik gelatin yang diperoleh dari sisik ikan mujair dengan standar gelatin komersial Proses ekstraksi gelatin dari bahan sisik ikan mujair menggunakan asam HCl dengan parameter rendemen, kadar air. Proses perendaman dilakukan variasi 8,10,12,14 dan 16 jam dengan konsentrasi  HCl 4%. Dari hasil penelitian didapatkan nilai produk tertinggi dihasilkan pada waktu Ekstraksi 5 jam dengan waktu perendaman 16 jam sebanyak 0,5356 sedangkan produk terendah pada waktu ekstraksi 7 dengan waktu perendaman 8 jam yaitu 0,2879 dan nilai rendemen tertinggi dihasilkan pada waktu Ekstraksi 5 jam dengan waktu perendaman 16 jam sebanyak 2,67% sedangkan rendemen terendah pada waktu ekstraksi 7 dengan waktu perendaman 8 jam yaitu 1,43%. nilai kadar air tertinggi dihasilkan pada waktu Ekstraksi 5 jam dengan waktu perendaman 16 jam sebanyak 14,95% sedangkan kadar air terendah pada waktu ekstraksi 7 dengan waktu perendaman 8 jam yaitu 8,79%.
FORMULASI SEDIAAN LILIN AROMATERAPI SEBAGAI REPELAN NYAMUK ALAMI DARI MINYAK ATSIRI KULIT JERUK MANIS (Citrus Sinensis) DAN MINYAK ATSIRI DAUN NILAM (Pogostemon Cablin Benth) Yuda Hermawan; Zainuddin Ginting; Rizka Nurlaila
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 1 (2021): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Agustus 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i1.4891

Abstract

Lilin aromaterapi adalah alternatif aplikasi aromaterapi secara inhalasi yaitu penghirupan uap aroma yang dihasilkan dari beberapa ml minyak atsiri. Daun nilam dan kulit jeruk manis mengandung minyak atsiri yang berfungsi sebagai aromaterapi dan repelan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan lilin aromaterapi sebagai repelan nyamuk dari minyak atsiri nilam dan kulit jeruk manis. Penelitian dilakukan dengan cara pembuatan lilin dengan penambahan minyak atsiri kulit jeruk manis dan minyak atsiri nilam. Variabel dalam penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan uji evaluasi fisik lilin aromaterapi dengan uji organoleptik yaitu warna bentuk dan aroma, uji kualitas lilin yaitu titik leleh dan waktu bakar, uji efektifitas lilin terhadap nyamuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki warna dan bentuk yang sama sedangakan untuk aroma berbeda, karenakonsentrasi minyak atsiri yang bervariasi, titik leleh antara 50oC – 56oC sesuai syarat evaluasi fisik lilin menurut SNI 50oC -58oC, waktu bakar lilin dengan formula A5L2B1 dengan durasi waktu 1 jam 16 menit, efektivitas lilin cukup optimal dalam mengusir nyamuk.
PEMANFAATAN LIMBAH SISIK IKAN BANDENG SEBAGAI GELATIN MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI Ida Riski; Ishak Ibrahim; Syamsul Bahri; Sulhatun Sulhatun; Rizka Nurlaila
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 4 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - April 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i4.5739

Abstract

Sisik ikan bandeng merupakan limbah ikan yang tidak dipergunakan lagi yang mengandung protein yang bisa di ekstraksi menjadi gelatin. Penelitian ini menggunkan metode Ekstraksi padat-cair dengan menggunakan aquadest sebgai pelarut dan HCl untuk perendaman. Proses ekstraksi dilakukan dalam Erlemeyer yang dilengkapi dengan hot plate dan magnetiq stirer pada kecepatan pengaduk 250 rpm dengan variasi waktu ekstraksi 6, 7 dan 8 Jam dan variasi waktu perendaman 6, 8, 10, 12 dan 14. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa produk gelatin yang diperoleh sebesar 0,5720 gram pada waktu ekstraksi 6 jam dengan lama waktu perendaman 14 jam, sedangkan produk gelatin terendah dihasilkan pada waktu ekstraksi 8 jam dengan lama waktu perendaman 6 jam yaitu 0,3102 gram. Rendemen terbanyak diperoleh pada waktu ekstraksi 6 jam dengan lama waktu perendaman 14 jam sebanyak 2,86% sedangkang terendah yaitu 1,55% diperoleh pada waktu ekstraksi 8 jam dengan lama waktu perendaman 6 jam. Selanjutnya Kadar Air tertinggi diperoleh pada waktu ekstraksi 6 jam dengan lama waktu perendaman 14 jam yaitu 15,1223%, sedangkan terendah diperoleh 8,5106% pada waktu ekstraksi 8 jam dengan lama waktu perendaman 6 jam.
PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU PADA INDUSTRI KUSEN DI BLANG PULO MENJADI ARANG BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Ari Salahudin; Rozanna Dewi; Jalaluddin Jalaluddin; Nasrul ZA; Rizka Nurlaila
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 2 (2021): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Oktober 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i2.5385

Abstract

Briket merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar yang dihasilkan dari bahan-bahan organik atau biomasa yang kurang termanfaatkan. Beberapa jenis limbah biomasa memiliki potensi yang cukup besar seperti limbah kayu, sekam padi, jerami, ampas tebu, cangkang sawit. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah serbuk kayu pada industri kusen agar menjadi barang yang bernilai ekonomis dengan parameter pengujian meliputi analisis kadar air, kadar abu dan nilai kalor. Pembuatan briket ini berbahan baku dari serbuk kayu yang dimulai dari proses pengarangan kemudian ditumbuk dan disaring dengan ukuran ayakan 50 mesh, kemudian dicampur dengan perekat dan dicetak lalu dioven selama 2 jam. Adapun perekat yang digunakan adalah tepung kanji dan air tebu dengan variasi perekat masing-masing 35 ml, 40 ml, 45 ml, 50 ml dan 55 ml. Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa briket sudah memenuhi SNI No.1/6235/2000 briket arang. Hasil terbaik diperoleh pada variasi perekat 45 ml perekat kanji dan air tebu, masing-masing menunjukan kadar air 7,34% dan 7,76%, kadar abu 7,542% dan 7,92% dan nilai kalor 6.335,651 cal/gr dan 5.477,88 cal/gr. Melihat dari hasil penelitian ini bahwa serbuk kayu dari limbah industri kusen dapat dijadikan salah satu bahan baku alternatif dalam pembuatan briket.
PEMBUATAN TAWAS DARI KALENG BEKAS BERBAHAN ALUMINIUM UNTUK PENJERNIH AIR PAYAU Sry Wahyuni Damanik; zulnazri zulnazri; Zainuddin Ginting; Lukman Hakim; Rizka Nurlaila
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 4 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - April 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i4.5795

Abstract

Pada penelitian ini dipakai kaleng bekas pocari sweat dan kaleng bekas coca-cola untuk pembuatan tawas dan penjernihan air payau sebanyak 5 gram dengan katalis KOH dibersihkan zat warnanya terlebih dahulu, kemudian dipotong kecil-kecil kemudian ditambahkan katalis KOH kemudian disaring dan ditambahkan larutan H2SO4. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi KOH 25, 30, 35 dan 40% dengan H2SO4 8M dan berat sampel kaleng bekas pocari sweat 5 gram dimana jumlah tawas yang paling banyak didapatkan pada konsentrasi KOH 30% dengan berat tawas 36,60 gram dan yield sebanyak 91,84%. Pada sampel kaleng bekas coca-cola menggunakan konsentrasi KOH 25, 30, 35 dan 40% dengan H2SO4 8M dan berat sampel 5 gram dimana jumlah tawas yang paling banyak didapatkan pada konsentrasi KOH 35% dengan berat tawas 32,8 gram dan yield sebanyak 74,79%.  Tawas yang terbuat dari kaleng minuman pocari sweat dan coca-cola dengan katalis KOH dapat menjernihkan air dan menurunkan kadar Fe. Hasil pH terbaik pada tawas yg terbuat dari kaleng bekas pocari sweat pada konsentrasi 30% dan waktu penjernihan air payau 2 jam dengan menggunakan tawas 0,5 gram pH air payau yg di peroleh 6,8. Hasil Fe terbaik pada tawas yang terbuat dari kaleng bekas pocari sweat pada konsentrasi 30% dan massa tawas 0,5 gr kadar Fe yg tersisa pada air payau tersebut 0,999 mg/l.
PENGARUH SUHU DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DALAM PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI BIJI ALPUKAT DENGAN METODE HIDROLISIS ASAM Mahaziva Putri Maghfirah Tambunan; Zainuddin Ginting; Rizka Nurlaila; Muhammad Muhammad; Ishak Ishak
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 3 (2021): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Desember 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i3.4798

Abstract

Sirup glukosa dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan, minuman dan farmasi. Sirup glukosa dapat diperoleh dari bahan-bahan berpati seperti biji nangka, rebung, jagung, tapioka dan jenis umbi-umbian. Pemanfaatan limbah biji alpukat di Indonesia saat ini masih sangat minim, sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut. Salah satunya dengan melakukan penelitian pembuatan sirup glukosa dari biji alpukat. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu hidrolisi terhadap kadar glukosa dari biji alpukat dengan metode hidrolisis. Adapun proses yang digunakan dalam penelitian ini yaitu proses hidrolisis dengan katalisator HCl (asam klorida). Tahapan proses diawali dengan pembutaan tepung biji alpukat yang dilanjutkan dengan proses hidrolisis. Hidrolisis dilakukan di dalam labu leher tiga dengan penambahan asam klorida 3% sebanyak 150 ml, dipanaskan dengan variasi suhu 75, 85 dan 95oC dan dengan variasi waktu 120, 135, 150, 165 dan 180 menit. Produk yang dihasilkan kemudian dianalisa kadar glukosa, kadar air, kadar abu dan analisa keadaan yang meliputi kadar kemanisan, warna dan bau. Hasil penelitian yang didapat dari penelitian ini yaitu suhu dan waktu sangat mempengaruhi kadar glukosa. Kadar glukosa paling tinggi yang didapatkan sebesar 50% pada suhu 95oC dan waktu 180 menit. Kadar air paling baik yang diperoleh sebesar 17,4105% pada suhu 95oC dan waktu 180 menit. Kadar abu paling baik yang didapatkan yaitu sebesar 0,864% pada suhu 95oC dan waktu 180 menit.
PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA PLAT BESI (STEEL) DALAM MEDIA AIR LAUT Yopi Aji Akbar; Ishak Ishak; Zulnazri Zulnazri; Rozanna Dewi; Rizka Nurlaila
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 3 (2021): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Desember 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i3.5702

Abstract

Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektrokimia) pada permukaan logam. Untuk mengurangi laju korosi bisa dengan menambahkan inhibitor alami salah satunya  daun rambutan yang mengandung tanin sehingga dapat membentuk senyawa komplek dengan Fe(III) di permukaan logam, sehingga laju reaksi korosi akan mengalami penurunan. Studi penggunaan ekstrak daun rambutan sebagai inhibitor  korosi pada plat besi akan dilakukan secara eksperimen murni di laboratorium dengan menggunakan metode perendaman. Media korosif untuk perendaman digunakan air laut yang telah ditambahkan inhibitor. Inhibitor yang digunakan yaitu inhibitor organik yang diambil dari ekstrak daun rambutan. Perendaman dilakukan dalam interval waktu (3, 6, 9, 12, dan 15) hari dengan konsentrasi inhibitor (0, 50, 100, dan 150) ppm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa serangan korosi terjadi secara merata dipermukaan logam, Besarnya laju korosi dinyatakan sebagai besarnya kehilangan berat benda uji per satuan luas permukaan per satuan waktu perendaman. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa laju korosi plat besi dalam lingkungan air laut menurun secara segnifikan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun rambutan dan waktu perendaman. Penurunan ini akibat pembentukan lapisan tipis dipermukaan plat besi, sehingga menghambat kontak langsung antara plat besi dan lingkungan. Efesiensi inhibisi tertinggi diperoleh pada perendaman 15 hari dengan konsentrasi 150 ppm yaitu 96%
Pengambilan Zat Betasianin Dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) sebagai pewarna makanan alami dengan metode esktraksi Cut Sisin Mehita; Ishak Ishak; Syamsul Bahri; Masrullita Masrullita; Rizka Nurlaila
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 2 (2021): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Oktober 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i2.4910

Abstract

Betasianin adalah pigmen berwarna merah-violet dan kuning-orange yang banyak terkandung pada buah, bunga, dan jaringan vegetatif. Betalain adalah pigmen kelompok alkaloid yang larut air, pigmen bernitrogen , dan merupakan pengganti  anthocyanin  pada setiap  bagian  besar  family  tanaman  ordo  Caryophyllales, termasuk Amaranthaceae, dan bersifat mutual eksklusif dengan pigmen antosianin. Waktu ekstraksi dan suhu ekstraksi sangat mempengaruhi pH, kadar air, intensitas warna dan masa penyimpanan zat warna. Semakin tinggi waktu ekstrak dan semakin rendah suhu nya maka semakin tinggi intensitas warna yang dihasilkan. Suhu ekstraksi lebih dari 50ᵒC menyebabkan penurunan intensitas warna, hal ini disebabkan karena zat betasianin tidak mampu bertahan atau rusak pada suhu tinggi. Kualitas zat warna betasianinnya tidak pengaruh dengan meningkatnya kadar air yang dihasilkan oleh suhu yang rendah. Akan tetapi masa ketahanan zat pewarnanya saja yang tidak bisa bertahan dalam jangka yang panjang. Didapatkan intensitas warna terbaik pada suhu 40ᵒC dalam waktu perebusan selama 3 jam. Dengan pH 5,1, nilai absorbansi 1,725, kadar air 30,9, dan masa penyimpanan sampai 5 hari.