Century - Sarah Singleton
Sign up for access to the world's latest research
Abstract
Mercy dan adiknya tinggal di dunia yang remang-remang: tidur saat matahari terbit, dan bangun saat matahari terbenam. Rumah mereka pun diselimuti musim dingin tak berkesudahan.
Related papers
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran multikultural yang diterapkan di sekolah dasar dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap keberagaman. Latar belakang penelitian ini adalah pentingnya pendidikan multikultural dalam membentuk karakter siswa yang toleran dan inklusif sejak dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus di SDN X Kota Y. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi kelas, wawancara dengan guru kelas dan kepala sekolah, serta dokumentasi kegiatan sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang digunakan meliputi integrasi nilai multikultural dalam pembelajaran tematik, pemanfaatan media pembelajaran yang mencerminkan keberagaman, pembelajaran berbasis proyek budaya, serta penciptaan lingkungan sekolah yang inklusif. Strategi ini terbukti mampu menumbuhkan sikap saling menghargai dan memperkuat pemahaman siswa terhadap perbedaan budaya, agama, dan sosial. Penelitian ini merekomendasikan pelatihan berkelanjutan bagi guru serta pengembangan kurikulum berbasis keberagaman sebagai bagian dari upaya memperkuat pendidikan multikultural di sekolah dasar. Kata Kunci: pendidikan multikultural, strategi pembelajaran, keberagaman, sekolah dasar, studi kualitatif PENDAHULUAN Keberagaman yang ada di Indonesia merupakan kekayaan sekaligus tantangan dalam dunia pendidikan. Dalam realitas sosial yang kompleks, sering muncul konflik akibat kurangnya pemahaman terhadap perbedaan. Oleh karena itu, pendidikan multikultural menjadi instrumen penting dalam membentuk siswa yang toleran, inklusif, dan menghargai perbedaan. Sekolah dasar memiliki posisi strategis karena siswa pada tahap ini sedang mengalami perkembangan nilai dan moral secara intensif. Pendidikan multikultural merupakan pendekatan pendidikan yang berfokus pada pengakuan, penghormatan, dan penerimaan terhadap keragaman budaya dalam masyarakat. Di Indonesia, yang terkenal dengan keberagaman etnis, agama, bahasa, dan budaya, penerapan pendidikan multikultural menjadi sangat relevan dan penting, terutama di sekolah dasar. Hal ini bertujuan
penilaian sangat berpengaruh bagi perkembangan peserta didik
2021
This article provides an overview of studies of Henry and Sarah Fielding since the 2010s, with occasional discussion of earlier sources. These years have given pronounced attention to the Fieldings' responses to material and intellectual contexts: economic, political, and religious crises; empiricist epistemology and science; Lockean theories of education; discourses on gender and sexuality; and the dynamics of the public sphere. Work on aesthetics has reassessed the Fieldings' handling of satire and their attitudes towards both national and international genres. I identify zones of growing consensus as well as persistent disagreement, and I close by noting two unresolved attribution problems and calling for more work on Sarah's influence on Henry.
bank yang sengaja di bangkrutkan agar mendapat dana talangan
International relations study has been developed as a science (state of the art) of intense debate. A decade ago it was still possible to divide the field between three main perspectives -Realism, Liberalism and Marxism. Not only have these approaches evolved in new directions, they have been joined by a number of new 'ism' vying for attention, including feminism and constructivism. This writings is an introduction to the diverse worldviews that underpin contemporary International Relations (IR) theory. There are two reasons explored in this writing, First, the reasons for such diversity and the second responses to it. The first response, conquest, opposes diversity and seeks to privilege one particular worldview. The second response, coexistence, is one that finds no good reason to privilege a particular worldview, and attributes a positive value to diversity and pluralism.
Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan merupakan keluaran dari proses pembelajaran, penjelasan berdasarkan persepsi. Di dalamnya tercakup pula pemahaman dan interpretasi yang masuk akal. Namun pengetahuan bukanlah merupakan kebenaran yang bersifat mutlak. Pengetahuan sendiri tidak mengarah ke suatu tindakan nyata. Kearifan lokal (local wisdom) merupakan warisan nenek moyang dalam khasanah tata nilai kehidupan yang menyatu dalam bentuk kepercayaan, budaya dan adat istiadat. Dalam perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungan dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa menyakiti sang ibu (alam)/ sacukupe. Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib (Keraf, 2002). Banyak kearifan lokal yang sampai sekarang terus menjadi panutan masyarakat di Indonesia antara lain di Jawa (pranoto mongso, nyabuk gunung, menganggap suatu tempat keramat); di Sulawesi (dalam bentuk larangan, ajakan, sanksi) dan di Badui Dalam (buyut dan pikukuh serta dasa sila). Kearifan lokal-kearifan lokal tersebut ikut berperan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya. Namun sedemikian seiring dengan berkembangnya jaman. Lambat laun kearifan masyarakat bersahabat dengan alam mulai tergerus oleh teknologi dan kesenjangan ekonomi. Berujung peramabahan dan berakibat ketidak-seimbangan alam yang melahirkan bencana.
bayu reed
ABSTRAK Tulisan ilmiah ini mengkaji film Kartini karya Hanung Bramantyo dengan menggunakan teori semiotik. Film adalah karya komunikasi audio visual yang menceritakan suatu keadaan, cerita masyarakat tertentu. Teori semiotik adalah teori yang mengkaji tentang tanda dalam suatu karya. film Kartini diangkat dari budaya Jawa yang membatasi gerak perempuan di berbagai aspek sosial yang digambarkan melalui beberapa tanda – tanda. Dengan mengiakan teori semiotik akan ditemukan makna dari tanda – tanda tersebut. Hasil analisis menunjukkan beberapa tanda dalam film Kartini mempunyai makna yang menggambarkan kondisi perempuan Jawa pada saat itu. salah satunya adalah perempuan harus berjalan jongkok tanpaalas kaki ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua.
SIGALOVADA SUTTA 1.Demikian yang telah kami dengar ; Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Rajagaha ,di Vihara Hutan Bambu di Kalandakanivapa [Tempat Pemeliharaan Tupai].Pada waktu itu ,Sigala Putra kepala Keluarga,bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha ; dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali,ia menyembah ke bedrbagai arah , yaitu arah timur ,selatan,barat,utara,bawah dan atas. 2. Dan Sang Bhagava pada pagi hari itu setelah mengenakan jubah serta membawa mangkuk-Nya , pergi ke Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan [pindapata]. Kemudian Sang Bhagava melihat Sigala putra kepala keluarga,bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha;dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali,ia menyembah ke berbagai arah ,yaitu arah timur ,selatan ,barat ,utara bawah dan atas.Dan Sang Bhagava bertanya kepada sigala putra kepala keluarga itu demikian: "O putra keluarga,mengapa engkau bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha; dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali,engkau menyembah ke berbagai arah,yaitu arah timur ,selatan ,barat ,utara,bawah dan atas?" "Bhante,ketika ayahku mendekati ajal,beliau berkata kepadaku untuk menyembah ke berbagai arah.Demikianlah,Bhante,karena menghormati,mengindahkan,menjujung, dan menganggap suci kata-kata ayahku itu,maka aku maka aku bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha.Dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali,aku menyembah ke berbagai arah,yaitu arah timur,selatan,barat,utara,bawahdan atas". "Tetapi,O putra kepala keluarga,dalam agama seorang acarya enam arah itu tidak seharusnya disembah dengan cara demikian". "Bhante,bagaimana enam arah itu seharusnya disembah dalam agama soerang acariya? Bhante,alangkah baiknya apabila sang Bhagava berkenan mengajarkan ajaran yang menguraikan caranya enam arah itu harus disembah dalam agama seorang Acariya".

Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.